Judul : Perselingkuhan Ku Dengan Mertua
link : Perselingkuhan Ku Dengan Mertua
Perselingkuhan Ku Dengan Mertua
Aku tinggal bersama istriku di rumah ibunya, walau aku sndiri punya rumah tapi karena menurut istriku, ibunya sering kesepian maka aku tinggal di “Pondok Mertua Indah”. Aku yang sibuk sekali dengan bisnisku, sementara Mama Melisa juga sibuk, kami jadi kurang banyak berkomunikasi tapi sejak istriku jadi bintang sinetron 6 bulan lalu, aku dan Mama Melisa jadi semakin akrab malahan kami sekarang sering melakukan hubungan suami istri, inilah ceritanya.
Sejak istriku sibuk syuting sinetron, dia banyak pergi keluar kota, otomatis aku dan mertuaku sering berdua di rumah, karena memang kami tidak punya pembantu. Tiga bulan lalu, ketika istriku pergi ke Jogja, setelah kuantar istriku ke stasiun kereta api, aku mampir ke rumah pribadiku dan baru kembali ke rumah mertuaku kira-kira jam 11.00 malam. Ketika aku masuk ke rumah aku terkaget, rupanya mertuaku belum tidur. Dia sedang menonton TV di ruang keluarga.
“Eh, Mama.. belum tidur..”“Belum, Dri.. saya takut tidur kalau di rumah belum ada orang..”“Oh, Maaf Ma, saya tadi mampir ke rumah dulu.. jadi agak telat..”“Amel.. pulangnya kapan?”“Ya.. kira-kira hari Rabu, Ma.. Oh.. sudah malam Ma, saya tidur dulu..”“Ok.. Dri, selamat tidur..”
Kutinggal Mama Melisa yang masih nonton TV, aku masuk ke kamarku, lalu tidur. Keesokannya, Sabtu Pagi ketika aku terbangun dan menuju ke kamar makan kulihat Mama Melisa sudah mempersiapkan sarapan yang rupanya nasi goreng, makanan favoritku.
“Selamat Pagi, Dri..”“Pagi.. Ma, wah Mama tau aja masakan kesukaan saya.”“Kamu hari ini mau kemana Dri?”“Tidak kemana-mana, Ma.. paling cuci mobil..”“Bisa antar Mama, Mama mau antar pesanan berlian.”“Ok.. Ma..”
Hari itu aku menemani Mama pergi antar pesanan dimana kami pergi dari jam 09.00 sampai jam 07.00 malam. Selama perjalanan, Mama menceritakan bahwa dia merasa kesepian sejak Amel makin sibuk dengan dirinya sendiri dimana suaminya pun jarang datang, untungnya ada diriku walaupun baru malam bisa berjumpa. Sejak itulah aku jadi akrab dengan Mama Melisa.
Sampai di rumah setelah berpergian seharian dan setelah mandi, aku dan Mama nonton TV bersama-sama, dia mengenakan baju tidur modelnya baju handuk sedangkan aku hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Tiba-tiba Mama menyuruhku untuk memijat dirinya.
“Dri, kamu capek nggak, tolong pijatin leher Mama ya.. habis pegal banget nih..”“Dimana Ma?”“Sini.. Leher dan punggung Mama..”
Aku lalu berdiri sementara Mama Melisa duduk di sofa, aku mulai memijat lehernya, pada awalnya perasaanku biasa tapi lama-lama aku terangsang juga ketika kulit lehernya yang putih bersih dan mulus kupijat dengan lembut terutama ketika kerah baju tidurnya diturunkan makin ke bawah dimana rupanya Mama Melisa tidak mengenakan BH dan payudaranya yang cukup menantang terintip dari punggungnya olehku dan juga wangi tubuhnya yang sangat menusuk hidungku.
“Maaf, Ma.. punggung Mama juga dipijat..”“Iya.. di situ juga pegal..”
Dengan rasa sungkan tanganku makin merasuk ke punggungnya sehingga nafasku mengenai lehernya yang putih, bersih dan mulus serta berbulu halus. Tiba-tiba Mama berpaling ke arahku dan mencium bibirku dengan bibirnya yang mungil nan lembut, rupanya Mama Melisa juga sudah mulai terangsang. “Dri, Mama kesepian.. Mama membutuhkanmu..” Aku tidak menjawab karena Mama memasukkan lidahnya ke mulutku dan lidah kami bertautan. Tanganku yang ada di punggungnya ditarik ke arah payudaranya sehingga putingnya dan payudaranya yang kenyal tersentuh tanganku. Hal ini membuatku semakin terangsang, dan aku lalu merubah posisiku, dari belakang sofa, aku sekarang berhadapan dengan Mama Melisa yang telah meloloskan bajunya sehingga payudaranya terlihat jelas olehku.
Aku tertegun, rupanya tubuh Mama Melisa lebih bagus dari milik anaknya sendiri, istriku. Aku baru pertama kali ini melihat tubuh ibu mertuaku yang topless.
“Dri, koq bengong, khan Mama sudah bilang, Mama kesepian..”“iya.. iya.. iya Mah,”
Ditariknya tanganku sehingga aku terjatuh di atas tubuhnya, lalu bibirku dikecupnya kembali. Aku yang terangsang membalasnya dengan memasukkan lidahku ke mulutnya. Lidahku disedot di dalam mulutnya. Tanganku mulai bergerilya pada payudaranya. Payudaranya yang berukuran 36B sudah kuremas-remas, putingnya kupelintir yang membuat Mama Melisa menggoyangkan tubuhnya karena keenakan. Tangannya yang mungil memegang batangku yang masih ada di balilk celana pendekku. Diusap-usapnya hingga batangku mulai mengeras dan celana pendekku mulai diturunkan sedikit, setelah itu tangannya mulai mengorek di balik celana dalamku sehingga tersentuhlah kepala kontolku dengan tangannya yang lembut yang membuatku gelisah.
Keringat kami mulai bercucuran, payudaranya sudah tidak terpegang lagi tanganku tapi mulutku sudah mulai menari-nari di payudaranya, putingnya kugigit, kuhisap dan kukenyot sehingga Mama Melisa kelojotan, sementara batangku sudah dikocok oleh tangannya sehingga makin mengeras. Tanganku mulai meraba-raba celana dalamnya, dari sela-sela celana dan pahanya yang putih mulus kuraba vaginanya yang berbulu lebat. Sesekali kumasuki jariku pada liang vaginanya yang membuat dirinya makin mengelinjang dan makin mempercepat kocokan tangannya pada batangku.
Hampir 10 menit lamanya setelah vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar dengan berbau harum, kulepaskan tanganku dari vaginanya dan Mama Melisa melepaskan tangannya dari batangku yang sudah keras. Mama Melisa lalu berdiri di hadapanku, dilepaskannya baju tidurnya dan celana dalamnya sehingga aku melihatnya dengan jelas tubuh Mama Melisa yang bugil dimana tubuhnya sangat indah dengan tubuh tinggi 167 cm, payudara berukuran 36B dan vagina yang berbentuk huruf V dengan berbulu lebat, membuatku menahan ludah ketika memandanginya.
“Dri, ayo.. puasin Mama..”“Ma.. tubuh Mama bagus sekali, lebih bagus dari tubuhnya Amel..”“Ah.. masa sih..”“Iya, Ma.. kalau tau dari 2 tahun lalu, mungkin Mamalah yang saya nikahi..”
“Ah.. kamu bisa aja..”
“Iya.. Ma.. bener deh..”
“Iya sekarang.. puasin Mama dulu.. yang penting khan kamu bisa menikmati Mama sekarang..”
“Kalau Mama bisa memuaskan saya, saya akan kawini Mama..”
“Ah.. kamu bisa aja..”
“Iya.. Ma.. bener deh..”
“Iya sekarang.. puasin Mama dulu.. yang penting khan kamu bisa menikmati Mama sekarang..”
“Kalau Mama bisa memuaskan saya, saya akan kawini Mama..”
Mama lalu duduk lagi, celana dalamku diturunkan sehingga batangku sudah dalam genggamannya, walau tidak terpegang semua karena batangku yang besar tapi tangannya yang lembut sangat mengasyikan.
“Dri, batangmu besar sekali, pasti Amel puas yach.”“Ah.. nggak. Amel.. biasa aja Ma..”
“Ya.. kalau gitu kamu harus puasin Mama yah..”
“Ok.. Mah..”
“Ya.. kalau gitu kamu harus puasin Mama yah..”
“Ok.. Mah..”
Mulut mungil Mama Melisa sudah menyentuh kepala batangku, dijilatnya dengan lembut, rasa lidahnya membuat diriku kelojotan, kepalanya kuusap dengan lembut. Batangku mulai dijilatnya sampai biji pelerku, Mama Melisa mencoba memasukkan batangku yang besar ke dalam mulutnya yang mungil tapi tidak bisa, akhirnya hanya bisa masuk kepala batangku saja dalam mulutnya.
Hal ini pun sudah membuatku kelojotan, saking nikmatnya lidah Mama Melisa menyentuh batangku dengan lembut. Hampir 15 menit lamanya batangku dihisap membuatnya agak basah oleh ludah Mama Melisa yang sudah tampak kelelahan menjilat batangku dan membuatku semakin mengguncang keenakan. Setelah itu Mama Melisa duduk di Sofa dan sekarang aku yang jongkok di hadapannya. Kedua kakinya kuangkat dan kuletakkan di bahuku. Memek Mama Melisa terpampang di hadapanku dengan jarak sekitar 50 cm dari wajahku, tapi bau harum menyegarkan dari memeknya Mama Melisa menusuk hidungku.
“Ma, Vagina Mama wangi sekali, pasti rasanya enak sekali yah.”“Ah, masa sih Dri, wangi mana dibanding punya Amel dari punya Mama.”“Jelas lebih wangi punya mama dong..”“Aaakkhh..”
Vagina Mama Melisa telah kusentuh dengan lidahku. Kujilat lembut liang vagina Mama Melisa, vagina Mama Melisa rasanya sangat menyegarkan dan manis membuatku makin menjadi-jadi memberi jilatan pada vaginanya.
“Ma, vagina.. Mama sedap sekali.. rasanya segar..”
“Iyaah.. Dri, terus.. Dri.. Mama baru kali ini vaginanya dijilatin.. ohh.. terus.. sayang..”
“Iyaah.. Dri, terus.. Dri.. Mama baru kali ini vaginanya dijilatin.. ohh.. terus.. sayang..”
Vagina itu makin kutusuk dengan lidahku dan sampai juga pada klitorisnya yang rasanya juga sangat legit dan menyegarkan. Lidahku kuputar dalam vaginanya, biji klitorisnya kujepit di lidahku lalu kuhisap sarinya yang membuat Mama Melisa menjerit keenakan dan tubuhnya menggelepar ke kanan ke kiri di atas sofa seperti cacing kepanasan. “Ahh.. ahh.. oghh oghh.. awww.. argh.. arghh.. lidahmu Dri.. agh, eena.. enakkhh.. aahh.. trus.. trus..” Klitoris Mama Melisa yang manis sudah habis kusedot sampai berulang-ulang, tubuh Mama Melisa sampai terpelintir di atas sofa, hal itu kulakukan hampir 30 menit dan dari vaginanya sudah mengeluarkan cairan putih bening kental dan rasanya manis juga, cairan itupun dengan cepat kuhisap dan kujilat sampai habis sehingga tidak ada sisa baik di vaginanya maupun paha mama Melisa.
“Ahg.. agh.. Dri.. argh.. akh.. aku.. keluar.. nih.. ka.. kamu.. hebat ..” Mama Melisa langsung ambruk di atas sofa dengan lemas tak berdaya, sementara aku yang merasa segar setelah menelan cairan vagina Mama Melisa, langsung berdiri dan dengan cepat kutempelkan batang kemaluanku yang dari 30 menit lalu sudah tegang dan keras tepat pada liang vagina Mama Melisa yang sudah kering dari cairan. Mama Melisa melebarkan kakinya sehingga memudahkanku menekan batangku ke dalam vaginanya, tapi yang aku rasakan liang vagina Mama Melisa terasa sempit, aku pun keheranan.
“Ma.. vagina Mama kok sempit yah.. kayak memeknya anak gadis.”“Kenapa memangnya Dri, nggak enak yah..”
“Justru itu Ma, Mama punya sempit kayak punya gadis. Saya senang Ma, karena vagina Amel sudah agak lebar, Mama hebat, pasti Mama rawat yah?”
“Iya, sayang.. walau Mama jarang ditusuk, memeknya harus Mama rawat sebaik-baiknya, toh kamu juga yang masukin ke memek nya mama..”
“Iya Ma, saya senang bisa bercumbu di memeknya Mama yang sedaap ini..”
“Akhh.. batangmu besar sekali..”
“Justru itu Ma, Mama punya sempit kayak punya gadis. Saya senang Ma, karena vagina Amel sudah agak lebar, Mama hebat, pasti Mama rawat yah?”
“Iya, sayang.. walau Mama jarang ditusuk, memeknya harus Mama rawat sebaik-baiknya, toh kamu juga yang masukin ke memek nya mama..”
“Iya Ma, saya senang bisa bercumbu di memeknya Mama yang sedaap ini..”
“Akhh.. batangmu besar sekali..”
Vagina Mama Melisa sudah terterobos juga oleh batang kemaluanku yang diameternya 4 cm dan panjangnya 28 cm, setelah 6 kali kuberikan tekanan.
Pinggulku kugerakan maju-mundur menekan vagina Mama Melisa yang sudah tertusuk oleh batangku, Mama Melisa hanya bisa menahan rasa sakit yang enak dengan memejamkan mata dan melenguh kenikmatan, badannya digoyangkan membuatku semakin semangat menggenjotnya hingga sampai semua batangku masuk ke vaginanya. “Dri.. nggehh.. ngghh.. batangmu menusuk sampai ke perut.. nich.. agghh.. agghh.. aahh.. eenaakkhh..” Aku pun merasa keheranan karena pada saat masukkan kontolku ke memeknya Mama Melisa terasa sempit, tapi sekarang bisa sampai tembus ke perutnya. Payudara Mama Melisa yang ranum dan terbungkus kulit yang putih bersih dihiasi puting kecil kemerahan sudah kuterkam dengan mulutku. Payudara itu sudah kuhisap, kujilat, kugigit dan kukenyot sampai putingnya mengeras seperti batu kerikil dan Mama Melisa belingsatan, tangannya membekap kepalaku di payudaranya sedangkan vaginanya terhujam keras oleh batangku selama hampir 1 jam lamanya yang tiba-tiba Mama Melisa berteriak dengan lenguhan karena cairan telah keluar dari vaginanya membasahi batangku yang masih di dalam vaginanya, saking banyaknya cairan itu sampai membasahi pahanya dan pahaku hingga berasa lengket.
“Arrgghh.. argghh.. aakkhh.. Mama.. keluar nih Dri.. kamu belum yah..?” Aku tidak menjawab karena tubuhnya kuputar dari posisi terlentang dan sekarang posisi menungging dimana batangku masih tertancap dengan kerasnya di dalam vagina Mama Melisa, sedangkan dia sudah lemas tak berdaya. Kuhujam vagina Mama Melisa berkali-kali sementara Mama Melisa yang sudah lemas seakan tidak bergerak menerima hujaman batangku, Payudaranya kutangkap dari belakang dan kuremas-remas, punggungnya kujilat. Hal ini kulakukan sampai 1 jam kemudian di saat Mama Melisa meledak lagi mengeluarkan cairan untuk yang kedua kalinya, sedangkan aku mencapai puncak juga dimana cairanku kubuang dalam vagina Mama Melisa hingga banjir ke kain sofa saking banyaknya cairanku yang keluar. “Akhh.. akh.. Ma, Vagina Mama luar biasa sekali..” Aku pun ambruk setelah hampir 2,5 jam merasakan nikmatnya vagina mertuaku, yang memang nikmat, meniban tubuh Mama Melisa yang sudah lemas lebih dulu.
Aku dan Mama terbangun sekitar jam 12.30 malam dan kami pindah tidur ke kamar Mama Melisa, setelah terbaring di sebelah Mama dimana kami masih sama-sama bugil karena baju kami ada di sofa, Mama Melisa memelukku dan mencium pipiku.
“Dri, Mama benar-benar puas dech, Mama pingin kapan-kapan coba lagi kontolmu yang gede itu, boleh khan..”“Boleh Ma, saya pun juga puas bisa mencoba memek Mama dan sekarangpun yang saya inginkan setiap malam bisa tidur sama Mama jika Amel nggak pulang.”
“Iya, Dri.. kamu mau ngeloni Mama kalau Amel pergi?”
“Iya Ma, memeknya Mama nikmat sih.”“Air manimu hangat sekali Dri, berasa dech waktu masuk di dalam vagina Mama.”
“Kita Main lagi Ma..?”
“Iya boleh..”
“Iya, Dri.. kamu mau ngeloni Mama kalau Amel pergi?”
“Iya Ma, memeknya Mama nikmat sih.”“Air manimu hangat sekali Dri, berasa dech waktu masuk di dalam vagina Mama.”
“Kita Main lagi Ma..?”
“Iya boleh..”
Kami pun bermain dalam nafsu birahi lagi di tempat tidur Mama hingga menjelang ayam berkokok baru kami tidur. Mulai hari itu aku selalu tidur di kamar Mama jika istriku ada syuting di luar kota dan ini berlangsung sampai sekarang.
Klik Disini Untuk Melanjutkan
Demikianlah Artikel Perselingkuhan Ku Dengan Mertua
Sekianlah artikel Perselingkuhan Ku Dengan Mertua kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Perselingkuhan Ku Dengan Mertua dengan alamat link https://duniatoples.blogspot.com/2020/05/perselingkuhan-ku-dengan-mertua.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar