Breaking

Selasa, 28 April 2020

Kisah Sarapan Sex Tiap Pagi

Kisah Sarapan Sex Tiap Pagi - Hallo sahabat Dunia Toples, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Kisah Sarapan Sex Tiap Pagi, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Cerita Dewasa, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kisah Sarapan Sex Tiap Pagi
link : Kisah Sarapan Sex Tiap Pagi

Baca juga


Kisah Sarapan Sex Tiap Pagi


Pecinta ketiak wanita indonesia - Beranda | Facebook

Tidurku yang tak nyaman karena dilanda mimpi buruk, terasa makin tak nyaman karena nafasku tiba-tiba terasa sesak, dan tubuhku seperti terhimpit sesuatu. Rasanya aku tidak mengidap penyakit asma. Namun selangkanganku terasa enak dan nikmat, seperti ada penis yang mengaduk memekkku.
Belum lagi rasanya buah dadaku diremas lembut, membuatku perlahan tersadar dari tidurku, untuk kemudian mendapati ternyata Joko yang membuatku terbangun dengan menyetubuhiku. Aku yang masih belum sadar betul, terkejut melihatnya ada di kamarku, apalagi sedang menyetubuhiku, membuatku menjerit ketakutan dan mendorongnya, namun ia terlalu berat buat cewek mungil sepertiku.
“Lho Non, katanya mulai kemarin saya boleh menikmati Non?” tanya Joko memprotesku. Aku langsung sadar, teringat kemarin memang aku menjanjikan hal ini.
“Tapi bukan gini caranya Jo! Masa aku lagi tidur kamu ajak beginian. Nggak sopan tau! Lagian aku tadi masih belum sadar benar, bangun-bangun ada orang lain di kamarku, kukira aku sedang diperkosa rampok tau!”, kataku ketus.
Sedikit jual mahal boleh dong? Mendengar omelanku, Joko terdiam. Tapi penisnya yang menancap di vaginaku tidak mengendur sedikitpun. Aku menghela nafas panjang, lalu berkat. “Ya sudah, cepat lanjutkan. Mana kamu ini lama lagi kalau main. Oh tunggu!!”, tiba tiba aku teringat dan menurunkan volume suaraku, “Gila kamu ya Jo, kakakku mana??”.
Joko cengengesan dan berkata, “Tenang Non, liat ini jam berapa? Kakak non sudah pergi setengah jam yang lalu kok. Dan saya sudah tidak tahan untuk bermain lagi dengan non nih”.
Oh.. aku sedikit lega, dan melihat jam, yang ternyata sudah jam 08:15 pagi.
“Lalu, sejak jam berapa kamu nggghh… ” belum selesai aku bertanya, Joko sudah mulai menggenjotku dengan tak sabar, hingga aku melenguh, keenakan.
“Oh.. Jo… kamu…”, desahku nikmat.
Joko tersenyum penuh kemenangan, membuatku sedikit jengkel juga, tapi hanya sebentar, karena rasa nikmat langsung melandaku ketika Joko mengulangi gayanya kemarin, ia memeluk pinggangku, dan menarikku berdiri. Penis yang amat kokoh itu langsung terbenam begitu dalam, membuatku melenguh-lenguh. Bukan hanya karena takut, tapi juga tak ingin penis itu lepas dari vaginaku, membuatku tanpa sadar kembali melingkarkan kakiku ke pinggangnya.
Rasanya tusukan penis itu semakin dalam, dan aku yang sudah melingkarkan tanganku ke lehernya supaya tubuhku tidak terjatuh ke belakang, memagut bibirnya penuh nafsu tak perduli dengan wajahnya yang amburadul.
Terakhir aku minum obat anti hamil adalah ketika aku digangbang di ruang UKS 2 hari yang lalu, tapi aku tak kuatir hamil, sebab kini aku sedang bukan dalam masa subur. Aku sudah tak lagi punya niat untuk jual mahal, karena rasa nikmat yang sudah menjalar ke seluruh tubuhku benar-benar menghancurkan akal sehatku.
Joko terus memompa vaginaku sambil berjalan, rasanya nikmat sekali. Aku heran dan menduga-duga ke mana ia mau membawaku, sambil mulai memperhatikan keadaanku. Bajuku masih melekat, walaupun tanpa bra. Aku memang tak pernah tidur dengan memakai bra.
Tapi celana panjangku dan celana dalamku tidak ada, dan sempat aku melihat dari pintu kamarku ketika Joko membawa tubuhku keluar, kutemukan kedua benda itu tergeletak di lantai kamarku. Kini Joko menuruni tangga, rupanya hendak mengajak rekannya kemarin untuk bersama-sama menikmati tubuhku.

Gawat juga nih. Kalau tiap pagi sarapan sex seperti ini, bagaimana aku konsentrasi di sekolah? Tapi aku tak kuasa menolak kenikmatan ini, dan pasrah saja mengikuti kemauan Joko. Setiap langkahnya di tangga membuat penisnya memompa vaginaku, dan aku orgasme ringan hingga cairan cintaku mengalir semakin banyak, seharusnya membasahi paha Joko, yang terlihat senang-senang saja.
Akhirnya ia membawaku ke kamar tidur pembantu laki-laki di rumahku, dimana pak Bejo dan Mamang sudah menunggu. Dengan nafas tersengal-sengal karena sodokan Joko yang semakin gencar, aku yang menyadari akan segera digangbang lagi, mencoba mengingatkan mereka dengan terputus-putus bercampur desahan dan lenguhan,
“Kalian… harus inghh… ingat… yaaah…. ngggh…. aku nantiiii…. harus… sekolah….”.
Mereka tertawa, dan Bejo berkata
“Tenang non, cuma satu ronde kok. Kami kan juga harus kerja membersihkan bagian luar rumah Non…”
Bejo membelai pantatku dan melanjutkan.
“Aduh non, kalau begini non cantik banget lho non, mana ada bintang film porno yang secantik nona kita ini ya?”.
Pak Mamang menyibakkan rambutku yang terurai ke belakang telingaku dan menimpali,
“Kita ini benar-benar beruntung bisa kerja di sini. Di mana lagi kita dapat menikmati nona amoy secantik non ini.. seterusnya lagi. Non Cindy sendiri kan yang minta? Kalau begini mah, bayaran gak naik juga kita betah lho Non kerja sampai tua di sini”.
Mereka tertawa senang sementara aku yang antara malu bercampur terangsang, tak bisa menanggapi gurauan mereka, karena Joko sudah melanjutkan pompaan penisnya yang sekeras batangan besi itu, membuatku menggeliat dan melenguh dalam pelukannya.
“Nggggh.. Jooo…. aduuuh…. emmpph”, Joko memagutku dengan buas, hingga aku tak bisa lagi bebas melenguh.
Yang lain sabar menanti gilirannya dengan caranya masing-masing, Bejo membelai dan meremas pantat dan payudaraku, sementara pak Mamang membelai-belai rambutku yang panjang sampai sepunggung ini, sambil menghirup bau harum rambutku.
Dengan tubuh yang dirangsang 3 orang sekaligus seperti ini, membuat orgasme demi orgasme meluluh lantakkan tubuhku, sampai akhirnya datanglah saat-saat yang paling nikmat itu, aku kembali mendapatkan multi orgasme.
“Mmmmmph… hnngggh.. oooohhhh… aaa….duuuuuh….” erangku saat tubuhku terlonjak-lonjak tak karuan, cairan cintaku membanjir dan membanjir.
Betisku melejang-lejang, pinggangku tertekuk ke belakang ketika aku menikmati orgasmeku dengan total. Tubuhku pasti sudah jatuh kalau tak ditahan Bejo dan pak Mamang, yang memanfaatkan kesempatan itu untuk menyusu pada payudaraku sambil meremas-remas dengan gemas, membuat orgasmeku yang susul menyusul ini makin terasa nikmat. Dentang grandfather clock dari dalam ruang tamu di rumahku menunjukkan sekarang ini adalah jam 09:00!
Oh… entahlah, mungkin sudah sejam kali aku digenjot Joko, kalau ditambah dengan waktu aku masih tertidur. Ia memang perkasa untuk urusan sex, membuatku semakin kagum padanya. Beberapa menit setelah aku orgasme, Joko tak tahan lagi.
“Oooh… memeknya non Cindy ini…. rasanya kontolku kayak diurut-urut… sudah 3 menit… aaah… “, erangnya sambil menembakkan spermanya di dalam liang vaginaku.
Aku memejamkan mata ingin menikmati sepuas-puasnya rasa hangat yang memenuhi relung-relung vaginaku. Kurasakan tubuhku dibaringkan di salah satu ranjang mereka, dan penis Joko sudah terlepas dari vaginaku. Aku membuka mataku, untuk melihat giliran siapa berikutnya.
Sedikit beda dari kemarin, sekarang gilirannya Bejo, yang sudah mengambil posisi di selangkanganku, dan segera membenamkan penisnya ke dalam vaginaku yang masih sangat basah oleh cairan cintaku dan sperma Joko. Aku hanya bisa menggeliat pasrah dibawah tindihan Bejo, yang dengan penuh semangat menggenjotku sepuas-puasnya.
Pak Mamang masih memainkan rambutku, yang menurutnya sangat indah. Tiba-tiba aku teringat penis Joko yang pasti masih belepotan sperma yang bercampur cairan cintaku. Entah apa yang mendorongku, tapi aku hampir tak bisa mempercayai bahwa itu adalah suaraku sendiri ketika aku memanggil Joko,
“Joo, sini aku oralin bentar”.
Joko yang sedang duduk di lantai beristirahat, tentu saja tak perlu kuminta dua kali, ia segera bangkit mendekatiku dan menyodorkan penisnya untuk kuoral, dan tanpa malu-malu aku memegang penis yang sudah mengendur itu, ku kulum-kulum dan kuseruput hingga pipiku terlihat kempot, sampai tak ada sperma yang tersisa, sementara Joko melenguh-lenguh keenakan.
Benar-benar edan! Bagaimana mungkin aku bisa seliar ini? Bahkan aku merasa sperma itu begitu enak dan gurih, apakah ini karena aku mulai ketagihan minum sperma? Mungkin saja, karena kini aku sudah tak sabar lagi menunggu Bejo orgasme, karena aku ingin segera menjilati dan menyedot sperma lagi.
Maka setelah penis Joko selesai kuoral sampai bersih, aku segera menggerakkan pinggulku menyambut tusukan demi tusukan Bejo, dan benar saja, tak sampai 10 menit Bejo sudah menggeram. Ingin aku memintanya keluar di mulutku, namun aku takut dianggap tidak adil karena tadi Joko sudah keluar di dalam.
Maka aku diam saja, membiarkan Bejo memuaskan hasratnya untuk menyemprotkan spermanya dalam liang vaginaku. Setelah kurasakan tak ada semprotan lagi, aku segera mendorong tubuhnya sampai penisnya terlepas dari jepitan liang vaginaku, dan buru-buru aku berkata,
”Jo, cepat sini…”. Bejo pun segera menghampiriku, membenamkan penisnya ke mulutku, dan aku segera menyedot-nyedot dengan memejamkan mataku, merasakan tetes demi tetes sperma yang teroleskan di lidahku.
Rasanya nikmat sekali, asin dan begitu gurih.
Pak Mamang yang sempat tak kulihat batang hidungnya, kulihat kembali, sambil membawa sebuah sendok teh dan piring kecil. Aku tak terlalu memperdulikan hal itu, dan terus mengulum penis Bejo. Tiba-tiba, aku melepaskan kulumanku, sambil melenguh pelan karena merasakan nikmat pada selangkanganku.
Tak apa-apa, toh penis Bejo sudah bersih. Tapi bukan itu yang harus kupikirkan, maka aku melihat ada apa dengan selangkanganku. Ternyata pak Mamang sedang menyendoki lelehan sperma yang bercampur cairan cinta yang mengalir keluar dari vaginaku, dan ditadahi dengan piring kecil tadi.
Aku hanya diam menahan nikmat, ketika sendok kecil itu mengorek-ngorek vaginaku dengan lembut, seolah menyendoki cairan cintaku dan sperma-sperma dari Joko dan Bejo. Setelah cukup lama, mungkin setelah vaginaku sudah tak terlalu becek lagi, pak Mamang berkata,
“Non Cindy, non suka peju ya? Saya suapin peju mau ya?”.
Aku dengan sedikit malu, mengangguk pelan, dan pak Mamang mulai menyuapiku dengan lembut seperti menyuapi anaknya yang sedang sakit. Kembali aku merasakan sperma yang bercampur cairan cinta. Suapan demi suapan cairan yang gurih dan nikmat ini membuat aku tak begitu lapar lagi meskipun aku ingat aku belum makan pagi. Setelah jatahku habis, pak Mamang mulai bersiap menggenjotku, sambil bertanya,

“Non Cindy, non mau nggak kalau nanti saya mengeluarkan peju dalam mulut non?”.
Aku mengangguk senang, kemudian melebarkan selangkanganku selebar-lebarnya, karena aku ingat penis pak Mamang ini berukuran raksasa. Kurasakan penis itu sudah mulai melesak sedikit, dan gairahku langsung naik cepat. Apalagi Joko dan Bejo ikut menyusu pada payudaraku dengan remasan-remasan kecil.
“Aduh… oooh…”, erangku antara sakit dan nikmat.
Tetap saja ada rasa sakit yang melanda vaginaku, karena ukuran penis pak Mamang sangat besar. Tapi kini aku bisa lebih cepat beradaptasi, dan mulai mengimbangi genjotan sopirku ini. Setelah rasa sakit itu lenyap, aku mulai mendesah dan melenguh keenakan. Penis itu seolah menancap begitu erat, sehingga ketika pak Mamang menarik penisnya, seolah vaginaku yang menjepit penisnya ikut tertarik, dan tubuhku terangkat sedikit.
Namun ketika penis itu menghunjam, rasanya vaginaku serasa sedang dimasuki daging keras yang besar hingga sesak sekali. Tak sekeras punya Joko memang, tapi masih keras untuk ukuran orang seumur pak Mamang. Dan cukup keras untuk membuat aku serasa melayang ke awang-awang.
Rasa nikmat ini akhirnya membuat aku orgasme, kembali kakiku melejang-lejang membuat jepitan vaginaku pada penis pak Mamang makin erat, dan ini membuat pak Mamang kelabakan, penisnya berkedut-kedut. Ia segera menarik penisnya lepas dari vaginaku dengan tergesa-gesa, dan segera membenamkan penisnya dalam mulutku.
Segera semprotan spermanya yang juga terasa asin dan gurih, membasahi kerongkonganku. Aku terus melahap sperma itu, menjilati dan mengulum penis itu hingga bersih. Aku sudah tak merasa lapar lagi setelah sarapan sperma dan cairan cintaku sendiri.
Mereka bertiga akhirnya duduk mengatur nafas mereka yang masih memburu. Joko yang paling duluan pulih, namun sesuai janji mereka, ini hanya satu ronde. Tiba-tiba Selly datang terburu-buru sambil membawa celana dalam dan celana panjang satin pasangan baju tidurku.
“Non, kakaknya non sudah pulang. Cepetan non, pakai ini dan kembali ke kamar non”, seru Selly agak panik.
Aku juga ikut panik, segera memakai celana dalam dan celana panjang ini, kemudian berlari kembali ke kamarku. Yang lain juga segera memakai bajunya masing-masing, kemudian segera keluar dari kamar tempat kami pesta sex barusan, seolah-olah sedang bekerja seperti biasa.
Untung Selly memberitahu tepat pada waktunya, aku sudah di dalam ruang makan ketika kudengar deru mesin mobil kakakku di garasi. Rupanya dosen yang mengajar mata kuliahnya pagi ini tidak datang. Aku naik tangga dengan jantung berdegup kencang, akhirnya sampai juga aku ke dalam kamarku yang kulihat sudah rapi, pasti Selly yang merapikan.
Sempat kulihat jam, ternyata sudah jam 09:30. Dan aku segera masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuhku dari keringatku dan keringat 3 orang tadi, juga vaginaku kucuci bersih, hingga terasa kesat. Mungkin karena cuma 1 ronde, tubuhku tak terlalu lelah.
Selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku sambil memastikan tak ada tanda-tanda aku baru saja bermain sex dengan mereka. Lalu aku memakai baju santai, dan turun ke ruang makan. Di sana sudah menunggu kakakku, yang membawakan aku nasi campur di dekat sekolahnya, kesukaanku. Yah, kebetulan deh. Aku kan belum makan pagi, cuma sarapan sperma dari mereka bertiga tadi. Aku memeluk kakakku senang, dan berkata,
“Thank you ya kokoku yang baik”.
Kokoku tertawa dan menggodaku,
“Iya me. Tapi baik kalau bawain makanan aja ya? Kalau nggak jadi nggak baik?”.
Aku memukul lengannya manja, lalu kami makan bersama. Kami ngobrol kesana kemari, dan tak terasa akhirnya selesai juga kami makan. Kokoku kembali ke kamarnya, mungkin main komputer. Aku juga kembali ke kamarku, mempersiapkan diri ke sekolah.
Sekarang sudah jam 10, aku biasanya berangkat jam 11:30. masih ada satu setengah jam lagi, aku menyiapkan seragamku, putih abu-abu. Juga tas sekolahku, yang membuatku teringat tentang obat perangsang itu. Lalu aku menyisir rambutku rapi, dan duduk manis di ranjangku.
Sambil menunggu, aku menelepon temanku, dan kami ngobrol sampai tak terasa sudah waktunya aku harus berangkat. Setelah berpamitan, aku mengenakan seragam sekolahku, lalu berpamitan pada kokoku, dan turun ke garasi. Seperti biasanya, pak Mamang menawarkan diri untuk mengantarku, tapi kutolak halus karena aku ingin menyetir mobil sendiri.
Dalam perjalanan, aku mengingat-ingat kejadian pagi ini, dan membayangkan besok aku harus melayani mereka bertiga lagi karena kokoku kuliah pagi sampai siang. Hmm, sarapan sex tiap pagi sebelum ke sekolah? Aku menggelengkan kepala tak habis pikir, bisa-bisanya ada pembantu plus sopir yang memakai tubuh anak majikannya.

Klik Disini Untuk Melanjutkan



Demikianlah Artikel Kisah Sarapan Sex Tiap Pagi

Sekianlah artikel Kisah Sarapan Sex Tiap Pagi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Kisah Sarapan Sex Tiap Pagi dengan alamat link https://duniatoples.blogspot.com/2020/04/kisah-sarapan-sex-tiap-pagi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIVE CHAT