Judul : Diperkosa Saat Liburan
link : Diperkosa Saat Liburan
Diperkosa Saat Liburan
Sahabatku yang ke dua, Jenny, Manado tulen juga, umurnya sekitar 22 tahun, dia yang paling cantik di antara kita bertiga, kulitnya putih dan bersih wajahnya imut dan kekanak kanakan. Tapi dia sangat benci kalau dianggap masih anak anak, makanya dia memotong rambutnya sampai sebatas leher, supaya wajahnya terlihat lebih dewasa, tapi, dengan rambut pendeknya itu, leher jenjangnya malah terlihat dengan jelas, menurutku dia lebih terlihat menarik dengan rambut panjangnya. Tubuhnya sangat sexy dengan tinggi sekitar 168 dan berat 55 kg, tangannya putih mulus dan di tumbuhi dengan bulu bulu halus, kakinya panjang dan jenjang, apalagi jika dia sedang mengenakan pakaian yang minim dan rok pendek, dia selalu membuat banyak cowok melirik dengan penuh nafsu ke arahnya, walaupun payudaranya agak sedikit kecil, tapi dia memang yang paling cantik di antara kita bertiga.
Singkat cerita kami bertiga berencana berlibur ke luar kota untuk melepas stress di kota karena selalu berkutat dengan kesibukan kami masing-masing, kami berencana untuk menikmati suasana pantai di Anyer, dengan pertimbangan kami tidak perlu repot-repot menyewa villa di anyer, karena Jenny mempunyai villa di sana dan kebetulan Tantenya juga akan berlibur ke sana bersama dengan saudara suaminya.
Berangkatlah kami pada hari yang telah kami tetapkan bersama dengan menumpang opel blazer ku, tiga jam kami menempuh perjalanan Jakarta-Anyer, setelah lelah di perjalanan akhirnya sampailah kami di villa milik Jenny yang Jenny sendiri hampir lupa tempatnya, rupanya Tante Leni, Tantenya Jenny bersama saudaranya sudah menunggu kedatangan kami.
Tante Leni saat itu sedang menggunakan pakaian santai, dengan atasan kaos oblong di padu dengan rok pantai yang belahannya sampai sebatas paha. Kulit Tante Leni sangat putih dan mulus sama seperti Aku dan Jenny, hanya saja postur tubuh Tante Leni lebih tinggi, wajahnya sangat cantik, hampir menyamai kecantikan yang di miliki Jenny.
“Hai, maaf telat habis tadi sempat nyasar” jawabku sekenanya menyambung pembicaraan mereka, setelah ngobrol cukup lama, kami pun mulai membuat acara untuk liburan kami di anyer ini, saya kebagian jatah belanja bahan bahan makanan bersama dengan saudaranya Jenny.
Namanya Wati, usianya sama dengan Jenny, bertubuh sintal dan padat, tapi menurutku lebih cocok kalau di katakan montok. Kulitnya kuning langsat dan wajahnya manis dengan rambut lurus sebatas bahu, sekilas aku melirik ke arah dadanya, payudaranya terhitung besar untuk seusia dia mungkin sekitar 36 b, sedikit lebih besar dari buah dadaku.
Setelah berbagi tugas dan berganti pakaian aku dan Wati berangkat ke pasar terdekat untuk belanja barang-barang yang diperlukan dan semuanya harus lengkap karena saya tidak mau bolak balik ke pasar hanya karena ada barang yang kelupaan di beli. Saat itu saya hanya mengenakan pakaian santai berupa rok biru sebatas paha dan kaos blong tipis, Wati malah tampil lebih berani dengan hanya memakai rok tipis pendek dengan t’shirt u can see merah. Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian seperti itu.
Waktu sudah menunjukan pukul lima saat tiba-tiba opel blazer yang ku kemudikan oleng dan hampir menabrak pembatas jalan, untungnya aku sigap menginjak pedal rem dan dengan perlahan kupinggirkan mobilku ke tepi jalan.
“Kenapa Kak” seru Wati agak panik.
Aku bergegas turun dari mobil, ternyata ban depan sebelah kiri kukempes, aku sempat panik karena aku bingung bagaimana caranya mengganti ban itu dengan hanya mengandalkan tenaga dua orang perempuan. Pada saat itu tiba-tiba muncul dua orang laki-laki, menawarkan bantuan untuk mengganti ban mobilku. Aku tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran dua orang itu karena hari sudah menjelang sore. Selesai ban mobilku di ganti oleh mereka aku mengucapkan terima kasih seraya berjalan ke arah pintu depan mobilku untuk mengambil uang sebagai tanda terima kasih, saat tiba-tiba aku merasakan ada tangan kasar yang memeluk tubuhku dan membekap mulutku, aku kaget dan berusaha berontak tapi kurasakan tubuhku tiba-tiba lemas dan mataku berkunang kunang. Akhirnya aku tak sadarkan diri.
Aku kaget bukan kepalang saat aku siuman dengan mata yang masih berkunang kunang kulihat puting buah dadaku sebelah kiri sedang di isap dengan buas oleh salah satu orang yang menolongku tadi sementara buah dadaku yang sebelah kanan pun tak luput dari remasan tangannya. Posisiku terlentang dengan kedua tangan di ikat di ujung sebuah ranjang, kaos oblong tipisku entah di mana, bra ku sudah melorot sebatas perut saat orang itu menyingkapkan rok pendekku dan berusaha menarik celana dalamku.
“Jangan!!.. Lepaskan.. Jahanam kamu.!!. Lepaskan..” teriakku sambil meronta dan menangis sejadi jadinya.
“Diam kamu, gua cuma mau mencicipi kamu aja.. jangan cerewet.. kalau tidak gua bunuh loe…” bentak orang itu sambil tetap berusaha menarik lepas celana dalamku. Brett.. Celana dalamku berhasil direnggutnya dengan paksa. Kini kewanitaanku yang selama ini selalu kurawat sudah terbuka lebar. Aku merasakan tangan pemuda itu menjamah kewanitaanku yang berbulu cukup lebat itu dengan penuh nafsu.
Kemudian orang itu membuka kedua kakiku yang putih mulus dan jenjang yang aku katupkan sebagai pertahanan terakhir dan mulai mengarahkan batang penisnya ke lubang kemaluanku.
“Jangan pak.. Saya mohon, saya masih perawan.. Tolong lepaskan saya..” teriaku putus asa.
“Aahh?Ohhh?Agk? Jangann.. Sakitt.. Lepaskan.. Jahanamm!” Aku berteriak panik sambil kulejang-lejangkan kakiku, tapi itu malah membuat penisnya semakin menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku yang belum pernah di sentuh oleh laki-laki manapun.
Dreet.. Dreet kurasakan selaput daraku robek saat orang itu menyodokkan kemaluannya hingga amblas seluruhnya.
“Sakitt.. Lepaskan” desahku sambil kulempar kepalaku ke kiri dan ke kanan menahan sakit dan perih yang tak terkira yang melanda sekujur tubuhku.
“Sakitt.. Tolong.. Hentikann..” jeritku meratap, tapi orang itu sepertinya tidak peduli dengan jeritan dan tangisanku.
Dia tetap memperkosaku, memompa vaginaku dengan ganas sambil tangannya memegangi tanganku dan mulutnya tak henti hentinya menjilati buah dadaku saat tiba-tiba dia berhenti dan melenguh keras, aku sadar dia akan orgasme di dalam liang vaginaku.
“Jangan.. Jangan.. Di dalam!!” teriakku panik, dia memelukku sekuat-kuatnya saat kurasakan cairan spermanya memenuhi liang rahimku. Hari itu aku diperkosa. Hilanglah sudah kegadisanku yang selama ini selalu kujaga. Saat itu aku merasa sangat marah, malu dan terhina.
“Ah..” aku mendesah pelan saat pemerkosaku itu mencabut penisnya dan pergi meninggalkanku begitu saja, aku mencoba bangkit dan berdiri walaupun rasa sakit dan ngilu masih terasa di sekitar selangkanganku, aku lihat bercak putih bercampur merah darah perawanku di sekitar kemaluanku.
Aku mencoba bangkit walaupun rasa sakit masih mendera seluruh badanku setelah barusan diperkosa dan dengan terhuyung huyung berjalan menuju pintu yang rupanya tidak terkunci, aku mencoba mengintip ke arah luar dan rupanya kedua orang itu sedang sibuk menggarap Wati.
“Gila Ton cewek yang tadi masih perawan lho, sempit banget vaginanya, yang ini gimana?” tanya orang yang tadi memperkosaku.
“Masih perawan juga Jim, nih darah perawannya” jawab orang yang di panggil Jim itu sambil mencabut batang penisnya dari kemaluan Wati lalu mencelupkan jarinya dan menunjukkan jarinya yang berbercak darah.
“Tapi cewek ini belum sadar dari pingsannya nih Jim” sungut orang yang di panggil Ton.
“Sudah pompa aja terus, ntar juga sadar” kata si Jim.
Sambil tangannya menggerayangi payudara Wati yang besar dan padat. Kulihat Wati diperkosa dengan posisi terlentang, pakaiannya masih lengkap hanya celana dalamnya saja yang menjuntai di kaki kirinya, kaosnya tersingkap ke atas dan branya di tarik ke atas hingga payudaranya mencuat dari bawah branya. Tubuhnya terguncang guncang, karena si Jimmy memompanya dengan sangat kasar.
Tiba-tiba Wati melenguh pelan dan membuka matanya, mungkin dia sudah mulai sadar dari pingsannya dan pasti dia akan sangat kaget karena saat ini dia sedang diperkosa, tapi aku juga tidak mampu menolongnya, aku hanya menontonnya saja dari balik pintu tanpa bisa berbuat apa apa.
“Ohh.. Ssakitt.. Jangann.. Lepaskan saya.” rintih Wati sambil berusaha berontak dari dekapan si Jimny, tapi terlambat kegadisannya sudah melayang.
Tiba-tiba kulihat si Jimmy mendengus keras dan mempercepat pompaanya di vagina Wati. Si Jimmy mencengkeram tubuh Wati dengan keras dan menusukan batang penisnya dalam dalam ke lubang vagina Wati.
“Saakkitt..” Wati menjerit keras saat si Jimmy memuntahkan seluruh cairan spermanya ke dalam liang vagina Wati, kulihat cairan putih kental bercampur darah berlelehan di selangkangan Wati saat si Jimmy mencabut batang penisnya.
Sore itu si Ton dan si Jimmy memperkosa kami secara bergantian, sampai aku dan Wati kembali pingsan karena tidak tahan di gagahi oleh kedua orang itu secara terus menerus.
Saat aku siuman rupanya aku sudah berada di jok belakang mobilku sendiri dengan kedua tangan terikat ke belakang, tapi untungnya aku sudah memakai pakaianku kembali, entah siapa yang mengenakannya di tubuhku, kulihat ke samping Wati masih pingsan dengan tangan juga terikat kebelakang.
“Mau dibawa ke mana kami” tanyaku memberanikan diri.
“Mau ke villa elu, mau perkosa teman lu, tadi gua denger suaranya di HP lu, dari suaranya kayaknya teman lu lumayan juga” jawab si Ton sambil tertawa di ikuti oleh tawa si Jimmy.
Aku langsung bergidik mendengar jawabannya, rupanya mereka tahu alamat villa kami yang memang kuletakkan di atas dasbor mobilku. Waktu sudah menjelang tengah malam saat kami tiba di depan pintu villa saat Tante Leni menghampiri mobil kami.
“Lu sergap dia Jim” kata si Toni sambil mengeluarkan pistol dan menodongkannya ke arahku.
Aku tidak bisa berbuat apa apa selain hanya bisa duduk dan diam. Benar juga saat Tante Leni sampai ke pintu samping mobilku, si Jimmy langsung keluar dan dengan sigap mendekap tubuh Tante Leni dari belakang, sementara satu tangannya langsung membekap mulut Tante Leni, mungkin karena kaget Tante Leni tidak sempat berteriak. ” Urhhgg.. Ss” hanya itu yang keluar dari mulut Tante Leni saat si Jimmy mendekap dan menelikungnya lalu mendorong Tante Leni ke arah pintu pagar vila kami.
“Jangan Macem macem lu, diem di sini kalau nggak gua bunuh lu” ancam si Ton sambil menodongkan pistolnya ke arahku.
Aku hanya bisa mengangguk sambil ketakutan mendengar ancamannya itu, lagipula seluruh tubuhku terasa sangat lemas dan selangkanganku pun masih sangat nyeri dan ngilu akibat perkosaan yang aku alami tadi, sehingga aku tidak mungkin melarikan diri dengan keadaan tubuhku yang demikian, apalagi kedua tanganku pun masih terikat.
Lalu si Ton ke luar dan membantu si Jimmy menangani Tante Leni, kulihat si Ton mengikat ke dua tangan Tante Leni ke terali pintu pagar villa, sementara si Jimmy menempelkan lakban di mulut Tante Leni sambil ke dua kakinya berusaha merenggangkan kaki Tante Leni dari belakang.
Saat itu kulihat dari kaca belakang mobilku, Tante Leni masih berusaha keras meronta dan melawan sekuat tenaganya, sampai akhirnya Tante Leni lemas kehabisan tenaga. Bret.. Bret.. si Jimmy merobek bagian belakang rok pantai Tante Leni sehingga paha dan pantat Tante Leni yang putih mulus terlihat jelas. Lalu si Jimmy memelorotkan celana dalam Tante Leni sampai sebatas lutut dan mulai memainkan jarinya di kemaluan Tante Leni yang berbulu cukup lebat, sementara si Ton sibuk menciumi leher jenjang Tante Leni sambil tangannya meremas remas buah dada Tante Leni yang menyembul di antara kaos bagian atasnya yang sudah robek besar.
Tiba-tiba tubuh Tante Leni tersentak, kepalanya terdongak ke atas dan mimik mukanya menunjukan kesakitan yang luar biasa, rupanya si Jimmy sudah mulai mencobloskan batang penisnya ke dalam vagina Tante Leni. Tubuh Tante Leni terguncang hebat saat si Jimmy mulai memompa penisnya ke luar masuk, bibir kemaluan Tante Leni sampai melesak masuk saat si Jimmy menghujamkan kemaluannya, amblas ke dalam liang vagina Tante Leni, pasti sangat sakit rasanya, sama seperti rasa sakit yang kurasakan saat aku diperkosa tadi pikirku. Kulihat lelehan air mata di pipi Tante Leni, wajahnya menyiratkan kemarahan yang luar biasa, sepertinya Tante Leni sangat tidak rela menerima kenyataan kalau tubuhnya saat itu sedang di garap oleh orang yang bukan suaminya.
“Hh.. Oughh..” tiba-tiba si Jimmy mendengus dengan keras, sepertinya dia sudah akan berejakulasi di dalam liang vagina Tante Leni.
“Jangann..” jerit Tante Leni lirih, sambil berusaha menarik tubuhnya ke arah depan. Tapi si Jimmy malah menarik sisa sisa rok pantai Tante Leni yang masih melingkari pinggulnya ke arah belakang, sehingga membuat pinggul Tante Leni yang putih mulus itu juga ikut tertarik ke belakang, otomatis batang penis si Jimmy malah makin terbenam di liang vaginanya
“Tidakk..!!” jerit Tante Leni saat si Jimmy menyemburkan cairan spermanya ke dalam liang vagina Tante Leni, Tante Leni pasti sangat terhina karena diperlakukan seperti itu oleh si Jimmy.
Tapi itu belum berakhir karena sedetik kemudian si Ton langsung menghujamkan batang kemaluannya di dalam vagina Tante Leni, yang membuat tubuh Tante Leni kembali terguncang guncang karena diperkosa oleh si Ton, aku kembali panik saat si Jimmy menghampiriku, membuka pintu mobil dan menarikku keluar, sekilas kulihat Wati masih tergolek pingsan saat si Jimmy berusaha mendekapku dengan kasar.
“Jangann.. Jangan perkosa saya lagi, saya sudah tidak kuatt. Lepaskan saya” seruku, saat si Jimmy menjambak rambutku dan menyeretku memasuki villa.
“Siapa yang mau perkosa lu, sekarang lu tunjukin dimana teman-teman lu yang lain” teriak si Jimmy, sambil melepaskan tali yang mengikat kedua tanganku.
Aku agak lega mendengarnya sebab paling tidak aku tidak akan diperkosa lagi. Dengan rambut dijambak dan punggungku ditodong pistol, terpaksa aku menuruti kemauannya, dengan selangkangan yang masih ngilu dan sakit, aku berjalan menuju kamar yang ku tahu itu kamar pribadi Jenny, dengan perlahan kubuka pintu kamar itu yang rupanya tidak di kunci oleh Jenny, kamarnya masih terang benderang dan kulihat Jenny sedang tidur di ranjangnya dengan posisi terlentang, kakinya yang jenjang terjuntai ke bawah, rok pendek coklat yang di kenakannya tadi siang masih menempel di tubuhnya dan agak sedikit tersingkap sampai sebatas pangkal paha kirinya, memperlihatkan sebagian kaki dan pahanya yang putih mulus.
Sementara kemeja putih yang di kenakan Jenny juga tersingkap di sedikit di bagian atasnya, karena 2 kancing atasnya terbuka, sehingga buah dada Jenny yang tertutup bra hitam itu tampak sedikit terlihat, mengintip dari balik kemeja putihnya, apalagi dengan posisi tidur Jenny yang terlentang seperti itu, dengan ke dua tangannya yang membuka ke arah samping, semakin membuat payudaranya terlihat membusung ke atas.
Kasihan Jenny, mungkin dia kelelahan karena menunggu aku dan Wati sehingga dia ketiduran dan lupa berganti pakaian serta mematikan lampu pikirku. Aku menoleh ke belakang dan kulihat si Jimmy tak berkedip melihat kemolekan tubuh Jenny yang sangat menantang itu, beberapa kali dia menelan ludahnya sendiri.
Gawatt..!! sepertinya pemerkosa ini kembali terangsang, pikirku. Kasihan Jenny kalau dia harus mengalami perkosaan seperti yang aku alami, gumanku dalam hati. Dan parahnya lagi Jenny tidak tahu kalau sebentar lagi kejadian yang mengerikan akan menimpa dirinya.. Aku harus berbuat sesuatu..!! pikirku sambil berusaha memberanikan diri.
“Lu harus bantuin gua menyetubuhi teman lu itu kalau nggak awas..” Bisik si Jimmy pelan tapi dengan nada mengancam.
“Jangann..!!.. Jangan perkosa dia.. Dia masih terlalu kecil.. Lebih baik lu garap aja lagi gua.. Sepuas lu..!!” seruku berusaha menghalangi niatnya, walaupun sebenarnya aku juga tidak rela di setubuhi dan di garap lagi oleh si Jimmy.
“Elu mau mampus..!!” bentak si Jimmy sambil mengacungkan pistolnya ke arah kepalaku..
“Kalau lu nggak bantuin gua.. Gua ledakin kepala lu..!!” sambung si Jimmy dengan nada geram, tubuhku lemas saat kurasakan ujung laras pistol si Jimmy menempel di keningku, akhirnya aku hanya bisa mengangguk lemah dan menuruti semua kemauannya, tanpa bisa melakukan perlawanan.
Lalu si Jimmy beranjak pelan mendekati Jenny yang masih tertidur dengan lelap, sejenak si Jimmy memandangi kemolekan dan kemulusan tubuh Jenny yang menantang, menyapukan pandangannya yang penuh nafsu mulai dari wajah Jenny yang cantik, lehernya yang jenjang, buah dadanya, pahanya, sampai ke kaki Jenny yang kecil dan indah. Aku merasa jijik melihat cara si Jimmy memandangi tubuh Jenny dengan pandangan yang begitu mesum.
Jenny masih belum bangun dari tidurnya saat si Jimmy berlutut di antara ke dua kaki Jenny, lalu dengan pelan dan lembut si Jimmy mulai merenggangkan ke dua belah kaki Jenny setelah sebelumnya menyingkapkan bagian depan rok coklat yang di kenakan Jenny ke arah atas, sehingga pahanya yang putih mulus terlihat dengan jelas, si Jimmy makin melotot saat melihat vagina Jenny yang di tumbuhi bulu bulu halus tampak membayang dari balik celana dalam hitam dan tipis yang menempel di selangkangan Jenny, lalu si Jimmy mengangkat kaki kanan Jenny dan meletakkanya di atas pundaknya sendiri.
Sekarang posisi kepala si Jimmy sudah berada di antara kedua paha Jenny, lalu dengan tak sabar si Jimmy mulai menciumi dan menjilati paha Jenny yang putih mulus itu, sambil tangannya berusaha menyibakkan celana dalam hitam Jenny ke arah pinggir sehingga vagina Jenny yang di tumbuhi bulu bulu halus terlihat dengan jelas, sementara tangan si Jimmy yang satunya sudah mulai membuka bibir kemaluan Jenny memperlihatkan liang vaginanya yang kemerahan dan perawan, sekarang mulutnya sudah berada di bagian luar bibir vagina Jenny, lidahnya menjilati liang vagina Jenny dengan bernafsunya.
“Aahh..” Jenny mendesah tapi belum sadar dari tidurnya, tapi tiba-tiba Jenny tersentak dan langsung tersadar saat si Jimmy mulai memasukkan jarinya ke dalam vagina Jenny.
“Siiapaa kamu.. Lepaskan saya.. Toloonng..!!” jerit Jenny kaget dan ketakutan sambil mencoba beringsut berusaha menjauhkan tubuhnya dari si pemerkosa, saat itu juga si Jimmy dengan sigap berdiri dan langsung memeluk tubuh Jenny dengan erat, sambil tangan yang satunya lagi tetap mengerjai vagina Jenny.
“Kamu sini pegangin tangannya..!!” Bentak si Jimmy kepadaku.
Karena ketakutan kupatuhi saja perintah si Jimmy, lagipula memang tidak ada kesempatan buat menolong Jenny. Aku duduk di atas ranjang, kuletakkan kepala Jenny di atas pangkuannya dan aku pegang ke dua tangan Jenny dengan kuat.
“Jangan kak Ayu.. Tolonng..!!” jerit Jenny putus asa, sementara si Jimmy makin buas menggerayangi tubuh Jenny, sekarang dia menciumi leher jenjang Jenny yang putih mulus, membetot kemeja putih yang di kenakan Jenny dengan kasar sehingga kancingnya lepas semua, lalu si Jimmy menjilati buah dada Jenny yang masih tertutup bra. Dan tiba-tiba si Jimmy menarik lepas bra yang di kenakan Jenny sehingga buah dadanya menyembul keluar.
“Toketnya nggak sebesar punya lu, tapi kenceng banget” seru si Jimmy kepadaku, aku hanya diam saja. Tidak tega melihat Jenny diperlakukan seperti itu, sementara si Jimmy mulai mengulum payudara Jenny dengan buasnya, sementara tangan yang satunya memilin milin putingnya yang kemerahan, sambil lidahnya terus menjilatinya dengan penuh nafsu.
“Jangann.. Ouhh.. Lepasskann..” jerit Jenny dengan suara parau, sambil terus berusaha berontak.
Tiba-tiba si Jimmy berdiri, membuka resleting celananya dan mengeluarkan batang penisnya yang hitam dan besar.
“Sekarang gua jejelin vagina lu dengan ini..!! Dan lu harus tetep pegangin dia..” Bentak si Jimmy ke arahku.
Karena ketakutan aku malah makin mempererat peganganku ke kedua tangan Jenny yang masih berusaha berontak ingin melepaskan diri.
“Jangann.. Lepaskan saya..” teriak Jenny panik sambil mengatupkan kedua kakinya yang jenjang itu sekuat kuatnya, tanpa pikir panjang si Jimmy langsung berdiri di antara kedua kaki Jenny yang menjuntai ke bawah, memegangnya dan berusaha merenggangkan kedua kaki mulus Jenny yang terus melejang lejang.
?Ahh?Ohh?Tidak?Jangan?.!?
Akhirnya si Jimmy berhasil merenggangkan ke dua kaki Jenny dan memposisikan tubuhnya di antara kedua pangkal paha Jenny, sambil sebelah tangannya kembali menyibakkan celana dalam Jenny ke arah pinggir, sekarang selangkangangan Jenny terbuka lebar, siap untuk di tembus batang kemaluan si Jimmy yang besar, dan memang sekarang si Jimmy sudah menempelkan kemaluannya di bibir vagina Jenny.
“Jangann.. Tolonng.. Jangan di masukinn.. Kak Ayu.. Tolong Jenny kak..!!” jerit Jenny histeris sambil berusaha menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan, berusaha mengelakan vaginanya dari batang penis si Jimmy, tapi usahanya sia sia, karena ujung kemaluan si Jimmy sudah berada di bibir vaginanya dan siap menerobos masuk. Jenny menjerit, menangis dan meronta sejadi jadinya.
“Gila sempit banget nih cewek” guman si Jimmy sambil terus mendorong batang penisnya dengan perlahan melewati sela-sela celana dalam Jenny.
Seperempat sudah penis si Jimmy masuk ke dalam vagina Jenny, rontaan Jenny semakin kencang, mulutnya megap megap seperti orang kehabisan nafas, saat si Jimmy mulai mendorongkan lagi batang penisnya, tapi rontaan Jenny malah makin membenamkan batang penis si Jimmy ke dalam liang vaginanya yang kering kerontang itu. Tiba-tiba Jenny berhenti meronta, badannya melenting, dadanya terangkat ke atas dan kepalanya mendongak sedangkan mulutnya membentuk huruf O, menahan sakit yang luar biasa, saat batang penis si Jimmy sudah masuk setengahnya, rupanya batang penis si Jimmy sudah mengenai selaput dara Jenny.
“Sakitt.. Jangann.. Tolong kak Ayu.. Sshh.. Jangan teruskan..” jerit Jenny.
Melihat itu si Jimmy bukannya menghentikan sodokannya malah langsung menghujamkan batang penisnya sekuat kuatnya, dengan satu kali sodokan, amblaslah seluruh kemaluan si Jimmy ke dalam liang vagina Jenny, sekaligus menjebol keperawanan Jenny. Dret.. Dret kurasakan getaran terenggutnya keperawanan Jenny saat itu.
“Sakitt.. Keluarkan itu dari sana.. Tolong kak Ayu.” jerit Jenny kesakitan.
Mendengar jerit tangis Jenny si Jimmy malah semakin bernafsu dan mulai memompa liang vagina Jenny yang masih sempit itu dengan kasar, sehingga Jenny makin kesakitan, tubuhnya terguncang guncang maju mundur dan buah dadanya ikut bergetar akibat pompaan si Jimmy yang ganas.
Terus terang aku mulai terangsang saat si Jimmy mulai memompa batang penisnya maju mundur di dalam vagina Jenny yang masih sangat sempit itu, tanpa sadar kulepaskan sebelah tanganku yang memegang tangan Jenny dan mulai memainkan jariku di vaginaku sendiri.
“Sshh.. Buka paha mu.. Biar nggak terlalu sakit” bisikku setengah mendesah sambil kubelai rambutnya, Jenny tidak menjawab hanya terengah engah sambil melemparkan kepalanya ke kiri dan ke kanan menahan sakit yang luar biasa, sementara si Jimmy terus menyodokan batang penisnya dan memompa vagina Jenny sambil satu tangannya terus meremas remas buah dada Jenny.
Tiba-tiba si Jimmy menghentikan pompaannya dan membenamkan batang penisnya dalam dalam ke liang vagina Jenny, lalu tangannya memegang dan mengangkat kedua kaki jenjang Jenny dan memposisikannya di atas pundak kiri kanannya, dengan posisi ini penis si Jimmy bisa masuk seluruhnya ke dalam kemaluan Jenny, kemudian pantatnya mulai maju mundur lagi di antara selangkangan Jenny sambil sesekali mencabut dan memasukkan kembali batang penisnya sehingga bibir vagina Jenny tampak melesak dan tertarik mengikuti irama pompaan batang penis si Jimmy yang membuat Jenny makin menjerit jerit kesakitan, tapi jeritan Jenny tampaknya malah membuat si Jimmy makin bersemangat menggagahi tubuh mulus Jenny, akupun juga semakin cepat mempermainkan jariku di vaginaku sendiri sampai akhirnya aku merasakan seluruh tubuhku menegang.
“Oohh.. Sshh..” aku telah mencapai orgasme saat tiba-tiba si Jimmy menyodokan penisnya dengan sangat keras tiga kali berturut turut dan seluruh tubuhnya menegang dengan hebat sambil tangannya mencengkeram buah dada Jenny dengan kuat, rupanya si Jimmy sudah akan berejakulasi.
“Ahh.. Sakit..!!” Jenny kembali menjerit kesakitan.
“Jangan.. Jangan dikeluarin di dalam.. Nanti dia hamil..” teriakku sambil berusaha menarik tubuh Jenny ke atas, berharap supaya batang penis si Jimmy terlepas dari lubang vagina Jenny dan spermanya tidak sampai masuk ke dalam liang rahimnya, gerakanku yang tiba-tiba itu membuat batang penis si Jimmy tertarik setengah keluar dari vagina Jenny.
Merasa batang penisnya akan terlepas dari liang vagina Jenny, si Jimmy buru-buru mencekal rok coklat yang masih melilit di pinggang Jenny dan menariknya ke arah tubuhnya, sehingga pinggul Jenny juga ikut tertarik ke belakang, lalu si Jimmy kembali menyodokan batang kemaluannya beberapa kali dan menghujamkannya ke dalam liang kemaluan Jenny sehingga kini batang penisnya terbenam seluruhnya di dalam vagina Jenny, tiba-tiba si Jimmy mengejang beberapa kali dan menyemburkan spermanya ke dalam liang vagina Jenny, lalu menghentakkan pantatnya sekali lagi sehingga seluruh spermanya keluar membanjiri liang rahim Jenny.
“Tidakk..!!” lolongan Jenny memenuhi seluruh ruang kamarnya.
Si Jimmy masih sempat menyodokkan batang penisnya beberapa kali sebelum akhirnya mencabut kemaluannya dari vagina Jenny, tampak cairan sperma si Jimmy berlelehan di antara liang vagina dan selangkangan Jenny, bercampur dengan darah perawan, lalu si Jimmy beranjak keluar kamar, meninggalkan kami begitu saja sambil tertawa puas.
Sementara Jenny masih terlentang di atas tempat tidurnya dengan pakaian yang terbuka dan acak acakan, matanya nanar menatap kosong ke arah langit langit kamarnya, sepertinya dia sangat syok, tak menyangka kalau kegadisannya telah dibobol oleh orang yang tak di kenal, kemejanya kusut dan berantakan, branya entah terlempar ke mana, rok coklatnya masih tersingkap sebatas perut. Hanya celana dalamnya yang masih menempel di selangkangannya, itupun posisinya agak tersingkap ke samping dengan noda sperma dan darah perawan yang menempel di sekitar celana dalam hitam dan bibir vaginanya. Jenny sepertinya sudah tidak lagi mempedulikan keadaan dirinya, dia hanya bisa menangis sesenggukan menyesali nasibnya yang tragis hari itu.
Aku lalu beranjak turun dari ranjang dan berjalan ke pintu, mencoba melihat, apakah kami bisa melarikan diri dari villa ini, tapi pemandangan di ruang tamu makin membuatku putus asa. Aku lihat Tante Leni dan Wati di ikat ke dua tangannya dan di dudukan di salah satu sofa yang ada di ruang tamu, sementara si Ton sedang sibuk menggagahi Wati dengan posisi si Ton duduk dan memangku tubuh Wati yang sintal sambil kedua tangannya memegang pinggul Wati dari belakang, tampak batang penis si Ton keluar masuk menerobos vagina Wati yang saat itu masih menggunakan rok dan kemejanya, hanya saja roknya sudah terangkat sebatas perut dan kemeja bagian atasnya sudah terbuka sehingga salah satu buah dadanya tampak menyembul ke luar dari sela sela branya, tapi tampaknya Wati sangat menikmati perkosaan tersebut.
Wati tidak berontak sedikitpun bahkan, malah Wati yang aktif menaik turunkan pantatnya, mulutnya mendesah desah tak karuan sambil tangannya menjambak dan meremas-remas rambutnya sendiri, tiba-tiba si Ton menggeram dan menurunkan pinggul Wati sehingga membenamkan seluruh batang kemaluannya di dalam vagina Wati, sementara Wati makin giat memutar-mutarkan pantatnya di atas pangkuan si Ton, tampaknya mereka telah mencapai orgasme. Tampak sperma si Ton berlelehan di antara bibir vagina Wati dan batang penis si Ton yang masih terbenam di kemaluannya.
Malam itu Aku, Wati, Tante Leni dan si Cantik Jenny kembali diperkosa dan digagahi secara bergiliran oleh mereka. Aku merasakan vaginaku sempat diterobos oleh batang penis si Jimmy, sementara kulihat Jenny juga sedang di kerjai oleh si Ton dengan posisi menungging tepat di samping si Jimmy yang sedang menggagahi aku, sampai akhirnya aku pingsan karena kelelahan, entah sudah berapa kali kami diperkosa oleh mereka malam itu.
Esok paginya kami pulang ke Jakarta dengan rasa sakit di seluruh tubuh dan kenangan yang mengerikan yang membuat kami kehilangan keJennyan dan kehormatan sebagai seorang wanita.. Andai hari itu kami tidak liburan..!!
Klik Disini Untuk Melanjutkan
Demikianlah Artikel Diperkosa Saat Liburan
Sekianlah artikel Diperkosa Saat Liburan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Diperkosa Saat Liburan dengan alamat link https://duniatoples.blogspot.com/2020/04/diperkosa-saat-liburan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar