Judul : Sangek Berat Aku Ngentot 2 Pria
link : Sangek Berat Aku Ngentot 2 Pria
Sangek Berat Aku Ngentot 2 Pria
Namun demikian aku masih
mampu menjaga kesucianku sampai.. Suatu saat aku dan enam orang kawan
Ani (19), Susan (20), Kevin (22), Dimas (22), John (23) dan Erick (20).
menghabiskan liburan dengan menginap di villa keluarga Erick di Puncak.
Ani walaupun tidak terlalu tinggi (160) memiliki tubuh padat dengan kulit putih, sangat sexy apalagi dengan ukuran payudara 36b-nya, Ani telah berpacaran cukup lama dengan Kevin. Diantara kami bertiga Susan yang paling cantik, tubuhnya sangat proporsi tidak heran kalau sang pacar, Dimas, sangat tergila-gila dengannya.
Sementara aku, Erick dan John masih ’jomblo’. Erick yang berdarah India sebenarnya suka sama aku, dia lumayan ganteng hanya saja bulu-bulu dadanya yang lebat terkadang membuat aku ngeri, karenanya aku hanya menganggap dia tidak lebih dari sekedar teman.
Acara ke Puncak kami mulai dengan ’hang-out’ disalah satu kafe terkenal di kota kami. Larut malam baru tiba di Puncak dan langsung menyerbu kamar tidur, kami semua tidur dikamar lantai atas. Udara dingin membuatku terbangun dan menyadari hanya Ani yang ada sementara Susan entah kemana.
Rasa
haus membuatku beranjak menuju dapur untuk mengambil minum. Sewaktu
melewati kamar belakang dilantai bawah, telingaku menangkap suara orang
yang sedang bercakap-cakap.
Kuintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, ternyata Dimas dan Susan. Niat menegur mereka aku urungkan, karena kulihat mereka sedang berciuman, awalnya kecupan-kecupan lembut yang kemudian berubah menjadi lumatan-lumatan. Keingintahuan akan kelanjutan adegan itu menahan langkahku menuju dapur.
Adegan ciuman itu bertambah ’panas’ mereka saling memagut dan berguling-gulingan, lidah Dimas menjalar bagai bagai ular ketelinga dan leher sementara tangannya menyusup kedalam t-shirt meremas-remas payudara yang menyebabkan Susan mendesah-desah, suaranya desahannya terdengar sangat sensual.
Disibakkannya t-shirt Susan dan lidahnya menjalar dan meliuk-liuk di putingnya, menghisap dan meremas-remas payudara Susan. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah, mengelus-elus bagian sensitif yang tertutup cd. Dimas berusaha membuka penutup terakhir itu, tapi sepertinya Susan keberatan.
Lamat-lamat kudengan pembicaraan mereka.
“Jangan Mas” tolak Susan.
“Kenapa sayang” tanya Dimas.
“Aku belum pernah.. gituan”
“Makanya dicoba sayang” bujuk Dimas.
“Takut Mas” Susan beralasan.
“Ngga apa-apa kok” lanjut Dimas membujuk
“Tapi Mas”
“Gini deh”, potong Dimas, “Aku cium aja, kalau kamu ngga suka kita berhenti”
“Janji ya Mas” sahut Susan ingin meyakinkan.
“Janji” Dimas meyakinkan Susan.
Dimas tidak membuang-buang waktu, ia membuka t-shirt dan celana pendeknya dan kembali menikmati bukit kenikmatan Susan yang indah itu, perlahan mulutnya merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia mengecup-ngecup gundukan diantara paha sekaligus menarik turun celana dalam Susan.
Dengan hati-hati Dimas membuka kedua paha Susan dan mulai mengecup kewanitaannya disertai jilatan-jilatan. Tubuh Susan bergetar merasakan lidah Dimas.
“Agghh.. Mas.. oohh.. enakk.. mas”
Mendengar desahan Susan, Dimas semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap kewanitaan Susan dan meremas-remas payudaranya dengan liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai Susan, tubuhnya menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yang tidak berkeputusan, tangannya mengusap-usap dan menarik-narik rambut Dimas, seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang ia rasakan.
Susan semakin membuka lebar kedua kakinya agar memudahkan mulut Dimas melahap kewanitaannya. Kepalanya mengeleng kekiri-kekanan, tangannya menggapai-gapai, semua yang diraih dicengramnya kuat-kuat. Susan sudah tenggelam dan setiap detik belalu semakin dalam ia menuju ke dasar lautan birahi. Dimas tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia membuka CD nya dan merangkak naik keatas tubuh Susan.
Mereka bergumul dalam ketelanjangan yang berbalut birahi. Sesekali Dimas di atas sesekali dibawah disertai gerakan erotis pinggulnya, Susan tidak tinggal diam ia melakukan juga yang sama. Kemaluan mereka saling beradu, menggesek, dan menekan-nekan. Melihat itu semua membuat degup jantung berdetak kencang dan bagian-bagian sensitif di tubuhku mengeras.. Aku mulai terjangkit virus birahi mereka.
Dimas kemudian mengangkat tubuhnya yang ditopang satu tangan, sementara tangan lain memegang kejantannya. Dimas mengarahkan kejantanannya keselah-selah paha Susan. “Jangan Mas, katanya cuma cium aja” sergah Susan.
“Rileks San” bujuk Dimas, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di kewanitaan Susan.
“Tapi.. Mas.. oohh.. aahh” protes Susan tenggelam dalam desahannya sendiri.
“Nikmatin aja San”
“Ehh.. akkhh.. mpphh” Susan semakin mendesah
“Gitu San.. rileks.. nanti lebih enak lagi”
“He eh Mas.. eesshh”
“Enak San..?”
“Ehh.. enaakk Mas”
Aku benar-benar ternganga dibuatnya. Seumur hidup belum pernah aku melihat milik pria yang sebenarnya, apalagi adegan ’live’ seperti itu.
Tidak ada lagi protes apalagi penolakan hanya desahan kenikmatan Susan yang terdengar.
“Aku masukin ya San” pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Dimas langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Susan.
“Aakhh.. Mas.. eengghh” erang Susan cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya.
Dimas lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Susan.
“Teruss.. Mas.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg” Susan meracau.
“Aku suka sekali payudara kamu San.. mmhh”
“Aku juga suka kamu isep Mas.. ahh” Susan menyorongkan dadanya membuat Dimas bertambah mudah melumatnya.
Bukan hanya Susan yang terayun-ayun gelombang birahi, aku yang melihat semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai meremas-remas payudara dan memainkan putingku sendiri, membuat mataku terpejam-pejam merasakan nikmatnya.
“Aku masukin ya San” pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Dimas langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Susan.
“Aakhh.. Mas.. eengghh” erang Susan cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya.
Dimas lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Susan.
“Teruss.. Mas.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg” Susan meracau.
“Aku suka sekali payudara kamu San.. mmhh”
“Aku juga suka kamu isep Mas.. ahh” Susan menyorongkan dadanya membuat Dimas bertambah mudah melumatnya.
Bukan hanya Susan yang terayun-ayun gelombang birahi, aku yang melihat semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai meremas-remas payudara dan memainkan putingku sendiri, membuat mataku terpejam-pejam merasakan nikmatnya.
Dimas tahu Susan sudah pada situasi ’point of no return’, ia merebahkan badannya menindih Susan dan memeluknya seraya melumat mulut, leher dan telinga Susan dan.. kulihat Dimas menekan pinggulnya, dapat kubayangkan bagaimana kejantanannya melesak masuk ke dalam rongga kenikmatan Susan.
“Auuwww.. Mas.. sakiitt” jerit Susan.
“Stop.. stop Mas”
“Rileks San… supaya enak nanti” bujuk Dimas, sambil terus menekan lebih dalam lagi.
“Sakit Mas.. pleasee.. jangan diterusin”
Terlambat.. seluruh kejantanan Dimas telah terbenam di dalam rongga kenikmatan Susan. Beberapa saat Dimas tidak bergerak, ia mengecup-ngecup leher, pundak dan akhirnya payudara Susan kembali jadi bulan-bulanan lidah dan mulutnya. Perlakuan Dimas membuat birahi Susan terusik kembali, ia mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin menjadi-jadi. Bagian belakang tubuh Dimas yang mulai dari punggung, pinggang sampai buah pantatnya tak luput dari remasan-remasan tangan Susan.
Dimas memahami sekali keadaan
Susan, pinggulnya mulai digerakan memutar perlahan sekali tapi mulutnya
bertambah ganas melahap gundukan daging Susan yang dihiasi puting kecil
kemerah-merahan.
“Uhh.. ohh.. Mas” desah kenikmatan Susan, kakinya dibuka lebih melebar lagi.
Dimas tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya.
Dimas tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya.
“Agghh..
ohh.. terus Masss” Susan meracau merasakan kejantanan Dimas yang
berputar-putar di kewanitaannya, kepalanya tengadah dengan mata
terpejam, pinggulnya turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat
respon Dimas tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kemaluannya.
“Aaauugghh.. sshh.. Mass.. ohh.. Mass” Susan tak kuasa lagi menahan luapan kenikmatan yang keluar begitu saja dari mulutnya.
Pinggul
Dimas yang turun naik dan kaki Susan yang terbuka lebar membuat darahku
berdesir, menimbulkan denyut-denyut di bagian sensitifku, kumasukan
tangan kiri kebalik celana pendek dan CD. Tubuhku bergetar begitu
jari-jemariku meraba-raba kewanitaanku.
“Ssshh.. sshh” desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir kemaluanku yang sudah basah, sesaat ’life show’ Dimas dan Susan terlupakan. Kesadaranku kembali begitu mendengar pekikan Susan.
“Ssshh.. sshh” desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir kemaluanku yang sudah basah, sesaat ’life show’ Dimas dan Susan terlupakan. Kesadaranku kembali begitu mendengar pekikan Susan.
“Adduuhh.. Mas.. nikmat sekalii” Susan terbuai dalam birahinya yang menggebu-gebu.
“Nikmati San.. nikmati sepuas-puasnya”
“Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Mas”
“Punya kamu enaakk sekalii San.. uugghh”
“Nikmati San.. nikmati sepuas-puasnya”
“Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Mas”
“Punya kamu enaakk sekalii San.. uugghh”
“Ohh.. Mass.. aku sayang kamu.. sshh” desah Susan seraya memeluk,
pujian Dimas rupanya membuat Susan lebih agresif, pantatnya bergoyang
mengikuti irama hentakan-hentakan turun-naik pantat Dimas.
“Enaak San.. terus goyang.. uhh.. eenngghh” merasakan goyangan Susan Dimas semakin mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya.
“Ahh.. aahh.. Mass.. teruss.. sayaang” pekik Susan.
Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka.
“Mass.. tekan sayangg.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh” erang Susan.
Dimas menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh keduanya pun mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka memenuhi seantero kamar dan kemudian keduanya.. terkulai lemas.
“Ahh.. aahh.. Mass.. teruss.. sayaang” pekik Susan.
Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka.
“Mass.. tekan sayangg.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh” erang Susan.
Dimas menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh keduanya pun mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka memenuhi seantero kamar dan kemudian keduanya.. terkulai lemas.
Dikamar
aku gelisah mengingat-ingat kejadian yang baru saja kulihat,
bayang-bayang Dimas menyetubuhi Susan begitu menguasai pikiranku. Tak
kuasa aku menahan tanganku untuk kembali mengusap-usap seluruh bagian
sensitif di tubuhku namun keberadaan Ani sangat mengganggu, menjelang
ayam berkokok barulah mataku terpejam. Dalam mimpi adegan itu muncul
kembali hanya saja bukan Susan yang sedang disetubuhi Dimas tetapi
diriku.
Jam 10.00 pagi harinya kami
jalan-jalan menghirup udara puncak, sekalian membeli makanan dan cemilan
sementara Ani dan Kevin menunggu villa. Belum lagi 15 menit
meninggalkan villa perutku tiba-tiba mulas, aku mencoba untuk bertahan,
tidak berhasil, bergegas aku kembali ke villa.
Selesai
dari kamar mandi aku mencari Ani dan Kevin, rupanya mereka sedang di
ruang TV dalam keadaan.. bugil. Lagi-lagi aku mendapat suguhan ’live
show’ yang spektakuler. Tubuh Ani setengah melonjor di sofa dengan kaki
menapak kelantai, Kevin berlutut dilantai dengan badan berada diantara
kedua kaki Ani, Mulutnya mengulum-ngulum kewanitaan Ani, tak lama
kemudian Kevin meletakan kedua tungkai kaki Ani dibahunya dan kembali
menyantap ’segitiga venus’ yang semakin terpampang dimukanya. Tak ayal
lagi Ani berkelojotan diperlakukan seperti itu.
“Ssshh.. sshh.. aahh” desis Ani.
“Oohh.. Vin.. nikmat sekalii.. sayang”
“Gigit.. Vin.. pleasee.. gigitt”
“Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa”
“Oohh.. Vin.. nikmat sekalii.. sayang”
“Gigit.. Vin.. pleasee.. gigitt”
“Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa”
Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda dirinya satu tangan Ani
mencengkram kepala Kevin, tangan lainnya meremas-remas payudara 36b-nya
sendiri serta memilin putingnya.
Beberapa
saat kemudian mereka berganti posisi, Ani yang berlutut di lantai,
mulutnya mengulum kejantanan Kevin, kepalanya turun naik, tangannya
mengocok-ngocok batang kenikmatan itu, sekali-kali dijilatnya bagai
menikmati es krim. Setiap gerakan kepala Ani sepertinya memberikan
sensasi yang luar biasa bagi Kevin.
“Aaahh.. aauugghh.. teruss sayangg” desah Kevin.
“Ohh.. sayangg.. enakk sekalii”
Suara desahan dan erangan membuat Ani tambah bernafsu melumat kejantanan Kevin.
“Ohh.. Anii.. ngga tahann.. masukin sayangg” pinta Kevin.
“Aaahh.. aauugghh.. teruss sayangg” desah Kevin.
“Ohh.. sayangg.. enakk sekalii”
Suara desahan dan erangan membuat Ani tambah bernafsu melumat kejantanan Kevin.
“Ohh.. Anii.. ngga tahann.. masukin sayangg” pinta Kevin.
Ani
menyudahi lumatannya dan beranjak keatas, berlutut disofa dengan
pinggul Kevin berada diantara pahanya, tangannya menggapai batang
kenikmatan Kevin, diarahkan kemulut kewanitaannya dan dibenamkan.
“Aaagghh” keduanya melenguh panjang merasakan kenikmatan gesekan pada
bagian sensitif mereka masing-masing. Dengan kedua tangan berpangku pada
pahanya Ani mulai menggerakan pinggulnya mundur maju, karuan saja Kevin
mengeliat-geliat merasakan batangnya diurut-urut oleh kewanitaan Ani.
Sebaliknya, milik Kevin yang menegang keras dirasakan oleh Ani
mengoyak-ngoyak dinding dan lorong kenikmatannya. Suara desahan, desisan
dan lenguhan saling bersaut manakala kedua insan itu sedang dirasuk
kenikmatan duniawi.
Tontonan itu
membuat aku tidak dapat menahan keinginanku untuk meraba-raba2 sekujur
tubuhku, rasa gatal begitu merasuk kedalam kemaluanku. Kutinggalkan
’live show’ bergegas menuju kamar, kulampiaskan birahiku dengan
mengesek-gesekan bantal di kewanitaanku. Merasa tidak puas kusingkap rok
miniku, kuselipkan tanganku kedalam CD-ku membelai-belai bulu-bulu
tipis di permukaan kewanitaanku dan.. akhirnya menyentuh klitorisku.
“Aaahh.. sshh.. eehh” desahku merasakan nikmatnya elusan-elusanku
sendiri, jariku merayap tak terkendali ke bibir kemaluanku, membuka
belahannya dan bermain-main ditempat yang mulai basah dengan cairan
pelancar, manakala kenikmatan semakin membalut diriku tiba-tiba pintu
terbuka.. Ani! masih dengan pakaian kusut menerobos masuk, untung aku
masih memeluk bantal, sehingga kegiatan tanganku tidak terlihat olehnya.
“Ehh Sus.. kok ada disini, bukannya tadi ikut yang lain?” sapa Ani terkejut.
“Iya nii.. balik lagi.. perut mules”
“Aku suruh Kevin beli obat ya”
“Ngga usah Ani.. udah baikan kok”
“Yakin Sus?”
“Ehh Sus.. kok ada disini, bukannya tadi ikut yang lain?” sapa Ani terkejut.
“Iya nii.. balik lagi.. perut mules”
“Aku suruh Kevin beli obat ya”
“Ngga usah Ani.. udah baikan kok”
“Yakin Sus?”
“Iya ngga apa-apa kok” jawabku meyakinkan Ani yang kemudian kembali ke
ruang tengah setelah mengambil yang dibutuhkannya. Sirna sudah birahiku
karena rasa kaget.
Malam harinya
selesai makan kami semua berkumpul diruang tengah, Erick langsung
memutar VCD X-2. Adegan demi adegan di film mempengaruhi kami, terutama
kawan-kawan pria, mereka kelihatan gelisah. Film masih setengah main Ani
dan Kevin menghilang, tak lama kemudian disusul oleh Susan dan Dimas.
Tinggal aku, John dan Erick, kami duduk dilantai bersandar pada sofa,
aku di tengah. Melihat adegan film yang bertambah panas membuat birahiku
terusik. Rasa gatal menyeruak dikewanitaanku mengelitik sekujur tubuh
dan setiap detik berlalu semakin memuncak saja, aku jadi salah tingkah.
John yang pertama melihat kegelisahanku.
“Kenapa Sus, gelisah banget horny ya” tegurnya bercanda.
“Ngga lagi, ngaco kamu John” sanggahku.
“Kenapa Sus, gelisah banget horny ya” tegurnya bercanda.
“Ngga lagi, ngaco kamu John” sanggahku.
“Kalau horny bilang aja Sus.. hehehe.. kan ada kita-kita” Erick menimpali.
“Rese’ nih berdua, nonton aja tuh” sanggahku lagi menahan malu.
“Rese’ nih berdua, nonton aja tuh” sanggahku lagi menahan malu.
John
tidak begitu saja menerima sanggahanku, diantara kami ia paling tinggi
jam terbangnya sudah tentu ia tahu persis apa yang sedang aku rasakan.
John tidak menyia-nyiakannya, bahuku dipeluknya seperti biasa ia
lakukan, seakan tanpa tendensi apa-apa.
“Santai Sus, kalau horny enjoy aja, gak usah malu.. itu artinya kamu normal” bisik John sambil meremas pundakku.
“Santai Sus, kalau horny enjoy aja, gak usah malu.. itu artinya kamu normal” bisik John sambil meremas pundakku.
Remasan dan terpaan nafas John saat berbisik menyebabkan semua
bulu-bulu di tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas ujung rok.
John menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak
ayal lagi tanganku jadi meremas pahanya.
“Remas aja paha aku Sus daripada rok” bisik John lagi.
Kalau sedang bercanda jangankan paha, pantatnya yang ’geboy’ saja kadang aku remas tanpa rasa apapun, kali ini merasakan paha John dalam remasanku membuat darahku berdesir keras.
“Ngga usah malu Sus, santai aja” lanjutnya lagi.
“Remas aja paha aku Sus daripada rok” bisik John lagi.
Kalau sedang bercanda jangankan paha, pantatnya yang ’geboy’ saja kadang aku remas tanpa rasa apapun, kali ini merasakan paha John dalam remasanku membuat darahku berdesir keras.
“Ngga usah malu Sus, santai aja” lanjutnya lagi.
Entah karena bujukannya atau aku sendiri yang menginginkan, tidak
jelas, yang pasti tanganku tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada
adegan yang ’wow’ kuremas pahanya. Merasa mendapat angin, John
melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas pahaku,
awalnya masih dekat dengkul lama kelamaan makin naik, setiap gerakan
tangannya membuatku merinding.
Entah
bagaimana mulainya tanpa kusadari tangan John sudah berada dipaha
dalamku, tangannya mengelus-elus dengan halus, ingin menepis, tapi, rasa
geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuatku membiarkan
kenakalan tangan John yang semakin menjadi-jadi.
“Sus gue suka deh liat leher sama pundak kamu” bisik John seraya mengecup pundakku.
Aku yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu.
“Jangan John” namun aku berusaha menolak.
“Sus gue suka deh liat leher sama pundak kamu” bisik John seraya mengecup pundakku.
Aku yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu.
“Jangan John” namun aku berusaha menolak.
“Kenapa Sus, cuma pundak aja kan” tanpa perduli penolakanku John tetap
saja mengecup, bahkan semakin naik keleher, disini aku tidak lagi
berusaha ’jaim’.
“John.. ahh” desahku tak tertahan lagi.
“Enjoy aja Sus” bisik John lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku.
“Ohh Sus” aku sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat ’live show’ dan film, perlahan merayapi lagi tubuhku.
“John.. ahh” desahku tak tertahan lagi.
“Enjoy aja Sus” bisik John lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku.
“Ohh Sus” aku sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat ’live show’ dan film, perlahan merayapi lagi tubuhku.
Aku hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulut John di leher dan
telingaku. Erick yang sedari tadi asik nonton melihatku seperti itu
tidak tinggal diam, ia pun mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak,
leher dan telinga sebelah kiriku jadi sasaran mulutnya.
Melihat
aku sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan John semakin naik
hingga akhirnya menyentuh kewanitaanku yang masih terbalut CD.
Elusan-elusan di kewanitaanku, remasan Erick di payudaraku dan
kehangatan mulut mereka dileherku membuat magma birahiku menggelegak
sejadi-jadinya.
“Agghh.. Johnnn..Rickkk… ohh.. sshh” desahanku bertambah keras.
Erick menyingkap tang-top dan braku bukit kenyal 34b-ku menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. John juga beraksi memasukan tangannya kedalam CD meraba-raba kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuhku bergelinjang keras.
Erick menyingkap tang-top dan braku bukit kenyal 34b-ku menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. John juga beraksi memasukan tangannya kedalam CD meraba-raba kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuhku bergelinjang keras.
“Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh” desahanku berganti menjadi erangan-erangan.
Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Erick melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Sementara John menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisku, bersamaan dengan itu Erick pun sudah melumat payudaraku, putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.
Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Erick melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Sementara John menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisku, bersamaan dengan itu Erick pun sudah melumat payudaraku, putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.
Diperlakukan
seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, tubuhku bagai terbang
diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan mereka.
Bahkan aku mulai berani punggung Erick kuremas-remas, kujambak rambutnya
dan merengek-rengek meminta mereka untuk tidak berhenti melakukannya.
“Aaahh.. Johnnn.. Rickkk.. teruss.. sshh.. enakk sekalii”
“Nikmatin Sus… nanti bakal lebih lagi” bisik Erick seraya menjilat dalam-dalam telingaku.
Mendengar kata ’lebih lagi’ aku seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul kuangkat-angkat, ingin John melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, kupeluk Erick-yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.
“Aaagghh.. Johnn.. Rickk.. akuu.. oohh” jeritku keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku. Tubuhku melemas.. lungai.
“Nikmatin Sus… nanti bakal lebih lagi” bisik Erick seraya menjilat dalam-dalam telingaku.
Mendengar kata ’lebih lagi’ aku seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul kuangkat-angkat, ingin John melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, kupeluk Erick-yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.
“Aaagghh.. Johnn.. Rickk.. akuu.. oohh” jeritku keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku. Tubuhku melemas.. lungai.
John dan Erick
menyudahi ’hidangan’ pembukanya, dibiarkan tubuhku beristirahat dalam
kepolosan, sambil memejamkan mata kuingat-ingat apa yang baru saja
kualami. Permainan Erick di payudara dan John di kewanitaanku yang
menyebarkan kenikmatan yang belum pernah kualami sebelumnya, dan hal itu
telah kembali menimbulkan getar-getar birahi diseluruh tubuhku. Aku
semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang yang menghanyutkan, dan
tiba-tiba kurasakan hembusan nafas ditelingaku dan rasa tidak asing
lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Erick mulai lagi, tapi kali
ini tubuhku seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata Erick sudah polos
dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki tubuhku.
Begitupun John sudah bugil, ia membuka kedua pahaku lebar-lebar dengan
kepala sudah berada diantaranya.
Mataku
terpejam, aku sadar betul apa yang akan terjadi, kali ini mereka akan
menjadikan tubuhku sebagai ’hidangan’ utama. Ada rasa kuatir dan takut
tapi juga menantikan kelanjutannya dengan berdebar. Begitu kurasakan
mulut John yang berpengalaman mulai beraksi.. hilang sudah rasa
kekuatiran dan ketakutanku. Gairahku bangkit merasakan lidah John
menjalar dibibir kemaluanku, ditambah lagi Erick yang dengan lahapnya
menghisap-hisap putingku membuat tubuhku mengeliat-geliat merasakan geli
dan nikmat dikedua titik sensitif tubuhku.
“Aaahh.. Johnn.. Rickk… nngghh.. aaghh” rintihku tak tertahankan lagi.
John kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sofa sehingga pantatku
menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluanku. Kali ini
ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatanku, bergerak-gerak
liar diantara kemaluan dan anus, seluruh tubuhku bagai tersengat aliran
listrik aku hilang kendali. Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit
merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu kurasakan sesuatu yang
hangat keras berada dibibirku.. kejantanan Erick! Aku
mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Erick tidak
menggubrisnya ia malah manahan kepalaku dengan tangannya agar tidak
bergerak.
“Jilat.. Sus” perintahnya tegas.
Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat batangnya yang besar dan sudah
keras membatu itu, Erick mendesah-desah merasakan jilatanku.
“Aaahh.. Suss.. jilat terus.. nngghh” desah Erick.
“Jilat kepalanya Sus” aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak.
Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya membuat Erick mendesis desis.
“Ssshh.. nikmat sekali Suss.. isep sayangg.. isep” pintanya diselah-selah desisannya.
“Aaahh.. Suss.. jilat terus.. nngghh” desah Erick.
“Jilat kepalanya Sus” aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak.
Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya membuat Erick mendesis desis.
“Ssshh.. nikmat sekali Suss.. isep sayangg.. isep” pintanya diselah-selah desisannya.
Aku
tak tahu harus berbuat bagaimana, kuikuti saja apa yg pernah kulihat di
film, kepala kejantanannya pertama-tama kumasukan kedalam mulut, Erick
meringis.
“Jangan pake gigi Suss.. isep aja” protesnya, kucoba lagi, kali ini Erick mendesis nikmat.
“Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Sus”
“Jangan pake gigi Suss.. isep aja” protesnya, kucoba lagi, kali ini Erick mendesis nikmat.
“Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Sus”
Melihat Erick saat itu membuatku turut larut dalam kenikmatannya,
apalagi ketika sebagian kejantanannya melesak masuk menyentuh
langit-langit mulutku, belum lagi kenakalan lidah John yang tiada
henti-hentinya menggerayangi setiap sudut kemaluanku. Aku semakin
terombang-ambing dalam gelombang samudra birahi yang melanda tubuhku,
aku bahkan tidak malu lagi mengocok-ngocok kejantanan Erick yang
separuhnya berada dalam mulutku.
Beberapa
saat kemudian Erick mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih
dalam batang kemaluannya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya
kedalam mulutku. Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku
hendak melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya,
gelengan kepalaku membuat kemaluannya seperti dikocok-kocok. Erick
bertambah beringas mengeluar-masukan batangnya dan..
“Aaagghh.. nikmatt.. Sus… aku.. kkeelluaarr” jerit Erick, air maninya menyembur-nyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku.
“Aaagghh.. nikmatt.. Sus… aku.. kkeelluaarr” jerit Erick, air maninya menyembur-nyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku.
Aku
sampai terbatuk-batuk dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada
dimulutku. John tidak kuhiraukan aku langsung duduk bersandar menutup
dadaku dengan bantal sofa.
“Gila Erick.. kira-kira dong” celetukku sambil bersungut-sungut.
“Sorry Sus.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget” jawab Erick dengan tersenyum.
“Udah Sus jangan marah, kamu masih baru nanti lama lama juga bakal suka” sela John seraya mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa air mani dari mulutku.
“Gila Erick.. kira-kira dong” celetukku sambil bersungut-sungut.
“Sorry Sus.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget” jawab Erick dengan tersenyum.
“Udah Sus jangan marah, kamu masih baru nanti lama lama juga bakal suka” sela John seraya mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa air mani dari mulutku.
John benar, aku sebenarnya tadi menikmati sekali,
apalagi melihat mimik Erick saat akan keluar hanya saja semburannya
yang membuatku kaget. John membujuk dan memelukku dengan lembut sehingga
kekesalanku segera surut. Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku.
Kelembutan perlakuannya membuatku lupa dengan kejadian tadi. Kecupan
dibibir berubah menjadi lumatan-lumatan yang semakin memanas kami pun
saling memagut, lidah John menerobos mulutku meliuk-liuk bagai ular, aku
terpancing untuk membalasnya. Ohh.. sungguh luar biasa permainan
lidahnya, leher dan telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku sulit
menahan desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar
dari mulutku.
John merebahkan tubuhku
kembali dilantai beralas karpet, kali ini dadaku dilahapnya puting yang
satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari
dada kiriku tangannya melesat turun ke kewanitaanku, dielus-elusnya
kelentit dan bibir kemaluanku. Tubuhku langsung mengeliat-geliat
merasakan kenakalan jari-jari John.
“Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh” desisku tak tertahan.
“Teruss.. Johnn.. aakkhh”
“Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh” desisku tak tertahan.
“Teruss.. Johnn.. aakkhh”
Aku menjadi lebih menggila waktu John mulai memainkan lagi lidahnya di
kemaluanku, seakan kurang lengkap kenikmatan yang kurasakan, kedua
tanganku meremas-remas payudaraku sendiri.
“Ssshh.. nikmat Johnn…mmpphh” desahanku semakin menjadi-jadi.
Tak lama kemudian John merayap naik keatas tubuhku, aku berdebar menanti apa yang akan terjadi. John membuka lebih lebar kedua kakiku, dan kemudian kurasakan ujung kejantanannya menyentuh mulut kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan cinta.
“Ssshh.. nikmat Johnn…mmpphh” desahanku semakin menjadi-jadi.
Tak lama kemudian John merayap naik keatas tubuhku, aku berdebar menanti apa yang akan terjadi. John membuka lebih lebar kedua kakiku, dan kemudian kurasakan ujung kejantanannya menyentuh mulut kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan cinta.
“Aauugghh.. Johnn.. pelann” jeritku lirih, saat kepala kejantanannya melesak masuk kedalam rongga kemaluanku.
John menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaluannya
dalam kehangatan liang kewanitaanku. Kemudian-masih sebatas
ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. Sesuatu yang aneh
segera saja menjalar dari gesekan itu keseluruh tubuhku. Rasa geli,
enak dan entah apalagi berbaur ditubuhku membuat pinggulku
mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan John.
“Ooohh.. Johnn.. sshh.. aahh.. enakk Johnn” desahku lirih.
“Ooohh.. Johnn.. sshh.. aahh.. enakk Johnn” desahku lirih.
Aku benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat
gesekan-gesekan di mulut kewanitaanku. Mataku terpejam-pejam kadang
kugigit bibir bawahku seraya mendesis.
“Enak.. Sus” tanya John berbisik.
“He ehh Johnn.. oohh enakk.. Johnn.. sshh”
“Nikmatin Sus.. nanti lebih enak lagi” bisiknya lagi.
“Ooohh.. Jonn.. ngghh”
“Enak.. Sus” tanya John berbisik.
“He ehh Johnn.. oohh enakk.. Johnn.. sshh”
“Nikmatin Sus.. nanti lebih enak lagi” bisiknya lagi.
“Ooohh.. Jonn.. ngghh”
John terus mengayunkan pinggulnya
turun-naik-tetap sebatas ujung kejantanannya-dengan ritme yang semakin
cepat. Selagi aku terayun-ayun dalam buaian birahi, tiba-tiba John
menekan kejantanannya lebih dalam membelah kewanitaanku.
“Auuhh.. sakitt Johnn” jeritku saat kejantanannya merobek selaput darahku, rasanya seperti tersayat silet, John menghentikan tekanannya.
“Pertama sedikit sakit Sus.. nanti juga hilang kok sakitnya” bisik John seraya menjilat dan menghisap telingaku.
“Auuhh.. sakitt Johnn” jeritku saat kejantanannya merobek selaput darahku, rasanya seperti tersayat silet, John menghentikan tekanannya.
“Pertama sedikit sakit Sus.. nanti juga hilang kok sakitnya” bisik John seraya menjilat dan menghisap telingaku.
Entah bujukannya atau karena geliat liar lidahnya, yang pasti aku mulai
merasakan nikmatnya milik John yang keras dan hangat didalam rongga
kemaluanku.
John kemudian menekan
lebih dalam lagi, membenamkan seluruh batang kemaluannya dan
mengeluar-masukannya. Gesekan kejantanannya dirongga kewanitaanku
menimbulkan sensasi yang luar biasa! Setiap tusukan dan tarikannya
membuatku menggelepar-gelepar.
“Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Johnn.. empphh” desahku tak tertahan.
“Ohh.. Sus.. enak banget punya kamu.. oohh” puji John diantara lenguhannya.
“Agghh.. terus Johnn.. teruss” aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman kejantanan John di kemaluanku.
“Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Johnn.. empphh” desahku tak tertahan.
“Ohh.. Sus.. enak banget punya kamu.. oohh” puji John diantara lenguhannya.
“Agghh.. terus Johnn.. teruss” aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman kejantanan John di kemaluanku.
Peluh-peluh birahi mulai menetes membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan
lenguhan mewarnai pergumulan kami. Menit demi menit kejantanan John
menebar kenikmatan ditubuhku. Magma birahi semakin menggelegak sampai
akhirnya tubuhku tak lagi mampu menahan letupannya.
“Johnn.. oohh.. tekan Johnnn.. agghh.. nikmat sekali Johnn” jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku.
Tubuhku mengejang, kupeluk John erat-erat, magma birahiku meledak, mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung kewanitaanku.
“Johnn.. oohh.. tekan Johnnn.. agghh.. nikmat sekali Johnn” jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku.
Tubuhku mengejang, kupeluk John erat-erat, magma birahiku meledak, mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung kewanitaanku.
Tubuhku terkulai lemas,
tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian John mulai
lagi memacu gairahku, hisapan dan remasan didadaku serta pinggulnya yang
berputar kembali membangkitkan birahiku. Lagi-lagi tubuhku dibuat
mengelepar-gelepar terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuhku
dibolak-balik bagai daging panggang, setiap posisi memberikan sensasi
yang berbeda. Entah berapa kali kewanitaanku berdenyut-denyut mencapai
klimaks tapi John sepertinya belum ingin berhenti menjarah tubuhku.
Selagi posisiku di atas John, Erick yang sedari tadi hanya menonton
serta merta menghampiri kami, dengan berlutut ia memelukku dari
belakang. Leherku dipagutnya seraya kedua tangannya memainkan buah
dadaku. Apalagi ketika tangannya mulai bermain-main diklitorisku
membuatku menjadi tambah meradang.
Kutengadahkan
kepalaku bersandar pada pundak Erick, mulutku yang tak henti-hentinya
mengeluarkan desahan dan lenguhan langsung dilumatnya. Pagutan Erick
kubalas, kami saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggulku
semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Aku begitu
menginginkan kejantanan John mengaduk-aduk seluruh isi rongga
kewanitaanku yang meminta lebih dan lebih lagi.
“Aaargghh.. Sus.. enak banget.. terus Sus… goyang terus” erang John.
“Aaargghh.. Sus.. enak banget.. terus Sus… goyang terus” erang John.
Erangan John membuat gejolak birahiku semakin menjadi-jadi, kuremas
buah dadaku sendiri yang ditinggalkan tangan Erick.. Ohh aku sungguh
menikmati semua ini.
Erick yang
merasa kurang puas meminta merubah posisi. John duduk disofa dengan kaki
menjulur dilantai, Akupun merangkak kearah batang kemaluannya.
“Isep Suss” pinta John, segera kulumat kejantanannya dengan rakus.
“Ooohh.. enak Sus… isep terus”
“Isep Suss” pinta John, segera kulumat kejantanannya dengan rakus.
“Ooohh.. enak Sus… isep terus”
Bersamaan dengan itu kurasakan Erick menggesek-gesek bibir kemaluanku
dengan kepala kejantanannya. Tubuhku bergetar hebat, saat batang
kemaluan Erick-yang satu setengah kali lebih besar dari milik
John-dengan perlahan menyeruak menembus bibir kemaluanku dan terbenam
didalamnya. Tusukan-tusukan kejantanan Erick serasa membakar tubuh,
birahiku kembali menggeliat keras. Aku menjadi sangat binal merasakan
sensasi erotis dua batang kejantanan didalam tubuhku. Batang kemaluan
John kulumat dengan sangat bernafsu. Kesadaranku hilang sudah naluriku
yang menuntun melakukan semua itu.
“Sus.. terus Suss.. gue ngga tahan lagi.. Aaarrgghh” erang John.
Aku tahu John akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutku, aku lebih siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan hangat sperma John.
Aku tahu John akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutku, aku lebih siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan hangat sperma John.
“Aaagghh.. nikmat banget Sus.. isep teruss..
telan Sus” jerit John, lagi-lagi naluriku menuntun agar aku mengikuti
permintaan John, kuhisap kejantananya yang menyemburkan cairan hangat
dan.. kutelan cairan itu. Aneh! Entah karena rasanya, atau sensasi
sexual karena melihat John yang mencapai klimaks, yang pasti aku sangat
menyukai cairan itu. Kulumat terus itu hingga tetes terakhir dan benda
keras itu mengecil.. lemas.
John
beranjak meninggalkan aku dan Erick, sepeninggal John aku merasa ada
yang kurang. Ahh.. ternyata dikerjai dua pria jauh lebih mengasikkan
buatku. Namun hujaman-hujaman kemaluan Erick yang begitu bernafsu dalam
posisi ’doggy’ dapat membuatku kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah
dengan elusan-elusan Ibu jarinya dianusku. Bukan hanya itu, setelah
diludahi Erick bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang anusku.
Sodokan-sodokan dikewanitaanku dan Ibu jarinya dilubang anus membuatku
mengerang-erang.
“Ssshh.. engghh.. yang keras Rickkk. mmpphh”
“Enak banget Rickk.. aahh.. oohh”
“Ssshh.. engghh.. yang keras Rickkk. mmpphh”
“Enak banget Rickk.. aahh.. oohh”
Mendengar eranganku Erick tambah bersemangat menggedor kedua lubangku,
Ibu jarinya kurasakan tambah dalam menembus anusku, membuatku tambah
lupa daratan.
Sedang asiknya menikmati, Erick mencabut kejantanan dan Ibu jarinya.
“Erickk… kenapa dicabutt” protesku.
“Masukin lagi Rickk…. pleasee” pintaku menghiba.
“Erickk… kenapa dicabutt” protesku.
“Masukin lagi Rickk…. pleasee” pintaku menghiba.
Sebagai jawaban aku hanya merasakan ludah Erick berceceran di lubang
anusku, tapi kali ini lebih banyak. Aku masih belum mengerti apa yang
akan dilakukannya. Saat Erickkk mulai menggosok kepala penisnya dilubang
anus baru aku sadar apa yang akan dilakukannya.
“Ericki.. pleasee.. jangan disitu” aku menghiba meminta Erick jangan melakukannya.
“Ericki.. pleasee.. jangan disitu” aku menghiba meminta Erick jangan melakukannya.
Erick tidak menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa
geli-geli enak kala ia melakukan hal itu. Dibantu dengan sodokan jarinya
dikemaluanku hilang sudah protesku. Tiba-tiba kurasakan kepala
kemaluannya sudah menembus anusku. Perlahan namun pasti, sedikit demi
sedikit batang kenikmatannya membelah anusku dan tenggelam habis
didalamnya.
“Aduhh sakitt Rick… akhh..!” keluhku pasrah karena rasanya mustahil menghentikan Erick.
“Rileks Sus… seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya” bujuknya seraya mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisku.
“Rileks Sus… seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya” bujuknya seraya mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisku.
Separuh tubuhku yang tengkurap disofa sedikit membantuku, dengan begitu
memudahkan aku untuk mencengram dan mengigit bantal sofa untuk
mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, aku
bahkan mulai menyukai batang keras Erick yang menyodok-nyodok anusku.
Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuhku.
“Aaahh.. aauuhh.. oohh Rickkk”erang-erangan birahiku mewarnai setiap sodokan penis Erick yang besar itu.
Erick dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Erick menghujamkan kejantananya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.
Erick dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Erick menghujamkan kejantananya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.
John
yang sudah pulih dari ’istirahat’nya tidak ingin hanya menonton, ia
kembali bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh mereka menaikan
tensi gairahku. Atas inisiatif John kami pindah kekamar tidur, jantungku
berdebar-debar menanti permainan mereka. John merebahkan diri
terlentang ditempat tidur dengan kepala beralas bantal, tubuhku ditarik
menindihinya. Sambil melumat mulutku-yang segera kubalas dengan
bernafsu-ia membuka lebar kedua pahaku dan langsung menancapkan
kemaluannya kedalam vaginaku. Erick yang berada dibelakang membuka
belahan pantatku dan meludahi lubang anusku. Menyadari apa yang akan
mereka lakukan menimbulkan getaran birahi yang tak terkendali ditubuhku.
Sensasi sexual yang luar bisa hebat kurasakan saat kejantanan mereka
yang keras mengaduk-aduk rongga kewanitaan dan anusku. Hentakan-hentakan
milik mereka dikedua lubangku memberi kenikmatan yang tak terperikan.
Erick
yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil posisi
tiduran, tubuhku terlentang diatasnya, kejantanannya tetap berada
didalam anusku. John langsung membuka lebar-lebar kakiku dan
menghujamkan kejantanannya dikemaluanku yang terpampang menganga. Posisi
ini membuatku semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubangku yang
digarap mereka tapi juga payudaraku. Erick dengan mudahnya memagut
leherku dan satu tangannya meremas buah dadaku, John melengkapinya
dengan menghisap puting buah dadaku satunya. Aku sudah tidak mampu lagi
menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur
tubuhku. Hantaman-hantaman John yang semakin buas dibarengi sodokan
Erick, sungguh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu
didalam kewanitaanku akan meledak, keliaranku menjadi-jadi.
“Aaagghh.. ouuhh.. Johnnn.. Rickkk.. tekaann” jerit dan erangku tak karuan.
Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul John kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dikemaluanku, seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu.
Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul John kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dikemaluanku, seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu.
“Aduuhh.. Johnn.. Rickk.. nikmat sekalii”
“Aaarrghh.. Suss… enakk bangeett”
Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur hampir bersamaan dikedua lubangku. Tubuhku bergetar keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan dikewanitaanku dan akhirnya kami.. terkulai lemas.
“Aaarrghh.. Suss… enakk bangeett”
Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur hampir bersamaan dikedua lubangku. Tubuhku bergetar keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan dikewanitaanku dan akhirnya kami.. terkulai lemas.
Sepanjang malam tak
henti-hentinya kami mengayuh kenikmatan demi kenikmatan sampai akhirnya
tubuh kami tidak lagi mampu mendayung. Kami terhempas kedalam mimpi
dengan senyum kepuasan. Dihari-hari berikutnya bukan hanya Erick dan
John yang memberikan kepuasan, tapi juga pria-pria lain yang aku sukai.
Tapi aku tidak pernah bisa meraih kenikmatan bila hanya dengan satu
pria.. aku baru akan mencapai kepuasan bila ’dijarah’ oleh dua atau tiga
pria sekaligus.
Klik Disini Untuk Melanjutkan
Demikianlah Artikel Sangek Berat Aku Ngentot 2 Pria
Sekianlah artikel Sangek Berat Aku Ngentot 2 Pria kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Sangek Berat Aku Ngentot 2 Pria dengan alamat link https://duniatoples.blogspot.com/2020/03/sangek-berat-aku-ngentot-2-pria.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar